Jumat, 13 Februari 2015

Hujan Belum Reda di Kotaku

Hujan jatuh kembali dikotaku. Tak besar, namun petir yang menyambar begitu menyeramkan. bagai petasan yang saling balas. senja hari ini terasa begitu pekat. awan-awan hitamnya menantang alam. menyambut kemelut ramai kota yang tersaji setiap hari. menjemput badai yang mungkin bisa saja hadir malam ini. Terasa Keberkahan ini begitu sedikit terbalut murka. Mengerikan, suasana saat ini memang sedang tidak baik. Banyak dari mereka masih mengurungkan niatnya untuk pulang. Masih bertahan didepan layar monitor kantor mereka masing-masing.

Hal yang sama aku lakukan seperti mereka. Mengurungkan niat untuk pulang tepat waktu. kondisi yang seperti ini rawan untuk berkeliaran diluar sana. Jadi aku putuskan untuk menunda pulang barang satu atau dua jam. Yang aku kerjakan hanya melakukan ritual sederhanaku. Browsing, mencari sesuatu yang bisa aku pelajari. Sambil menunggu, sedangkan diluar hujan lebat nan hebat masih mengguyur basah aspal-aspal kota.

Aku menghentikan aktifitas browsingku sejenak. Saat mulai terdengar panggilan yang menyejukkan. Panggilan yang menenangkan dalam mencekamnya derai hujan. Adzan yang berkumandang dari handphoneku. Yang mengharuskan aku untuk menunaikan kewajiban diwaktu senja. Kewajiban umat beragama islam, keyakinan yang aku pegang.

Hujan yang tak reda. Mengingatkan aku pada banjir yang setiap tahun selalu mampir dikotaku. mengelilingi setiap jalur-jalur protokol, jalan-jalan tikus bahkan gang-gang senggol. Hampir rata menyeluruh hingga kepelosok.  Kalau sudah begitu biasanya aku berputar-putar mencari jalan. Agar bisa sampai kembali kerumah. Belum lagi macet yang super sangat luar biasa. Makanya tak heran jika kota ini sudah dinobatkan menjadi kota dengan lalu lintas terburuk didunia. Miris mendengarnya. Lika liku kota yang sekarang sedang aku diami. semoga kedepannya kelak semua sistem bisa diperbaiki.

Hujan memang masih belum reda. Aku hanya menikmatinya walau wajahku mengernyit. Nikmati sajalah alam yang setiap saat selalu berganti. Sudah menjadi siklus setiap tahunnya. Dan doaku semoga saja kotaku tak terjadi bencana yang besar seperti hujan-hujan yang tak reda sebelumnya. Walau sesungguhnya aku mencintai rasa hujan yang hadir, dengan gemericiknya yang menenangkan. Dari situ aku mengambil hikmahnya. Walaupun menakutkan. Hujan kali ini memberi keberkahan diwaktu senja. Walau masih saja aku menunggunya untuk reda.


Kemarin 12/2/2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar kamu adalah harapan masa depan ku, Sadapppp :D