Selasa, 30 Juni 2015

Kagumku Tanpa Fikir



Sulitnya mengikuti semua ungkapanmu yang anggun.
Membuatku tak pernah nalar.
Semakin indah goresan penamu, semakin aku lupa akan cara berfikir.

Semua menatap sempurna dirimu.
Hatimu,
Ayumu,
dan cara berfikirmu.

Aku tak pernah memungkiri tentang innerbeauty yang kau pancarkan.
Kadang aku merasa cemburu saat orang lain menganggapmu sama seperti diriku memandangmu.

Sungguh, aku tak akan bisa berfikir lagi bila kau masih dihadapku. 

Bukan karena lelahnya otakku untuk menampung keluh. 
Namun karena aku telah asik menikmatimu dari persembunyianku.

Maaf, aku telah mengagumimu... 

Selasa, 23 Juni 2015

Parma Koleps, Sisi Tangis Penggemar


Kami bisa apa ketika parma diharuskan terjun bebas ke kasta terbawah. Kami yang hanya bisa mendukung tanpa bisa memberikan bantuan dan solusi terbaik kini hanya terpagu sesaat. Setelah keputusan resmi tentang kolepsnya il gialloblu yang dilansir dari football italia kemarin, sesaat itu pula kami bungkam. Duka dan gemelut hati yang seakan ingin berontak hanya bisa berusaha untuk menerima dan mengikhlaskan kepergian sang idola dari pentas serie A.

Harapan demi harapan kecil yang tercipta dari perjalanan pelelangan parma untuk diakuisisi para insvestor ternyata sirna. Para Investor tersebut satu persatu menarik diri beberapa jam sebelum batas deadline yang telah ditentukan. Dan pada tanggal 22 juni 2015 jam 14.00 pukul setempat parma telah resmi dinyatakan bangkrut. Hal ini mengharuskan parma terlempar jauh dari kasta profesionalnya di serie-A. 

Selama kurang lebih 24 tahun parma berkiprah diserie A, ia telah menciptakan beberapa gelar terbaiknya. Masih terbayang dalam benak kita ketika satu dasawarsa silam Parma mengalami masa terjayanya saat bisa meraih trofi terbaiknya UEFA cup. Namun kini Parma hanyalah seonggok tim yang carut-marut membangun ulang kembali demi sebuah nama besarnya yang hilang.

Hati kami bergetar ketika menanti keputusan deadline terakhir kemarin. Dan naas, apa yang kami takutkan ternyata terjadi. Ribuan fans menderung duka. Sisi tangis kami kini tak terbendung. Kami jelas kecewa dan bertanya-tanya kenapa ini bisa terjadi. Kami masih belum percaya. Yang jelas mau tidak mau kami harus terima. Dan seperti yang kami katakan sebagai penggemar yang bukan karbitan. Kami masih akan terus berjuang menjadi pemain yang ke dua belas meski kini Parma telah berada dikeadaan yang menyakitkan. Kami masih akan terus berada di tribun penonton dan masih menjadi supporter setia. Kami juga akan terus mendukung meski namamu kini telah berganti.

Walau begitu kami hanya bisa mengucapkan banyak-banyak terima kasih untuk Parma. Kamu menyuguhkan pertandingan terbaiknya selama ini. Kamulah weekend kami yang paling setia. Semoga dukungan kami memberikan power tambahan untuk bisa melecut semangatmu lagi. Sampai nanti, Sampai kembali. mungkin masih butuh waktu lama kami menginginkan Parma menjadi seperti masa kejayaannya kemarin. Namun setia kami bukan dari apa yang kalian juarakan dalam sebuah kompetisi. melainkan dari setiap kau bertanding, riuh gemuruh kami adalah sebuah doa yang tersalur untuk tim kebanggaan kami kini dan nanti. Save Parma FC.
  
Sayonara Serie-A

Emenk Merdiansyah

Sabtu, 20 Juni 2015

Bocah Kecil Penyuka Loly

Kamu yang sesaat saja pernah datang dan hadir mengetuk hatiku. Kamu yang tak pernah perduli sedikitpun arti kata romantis. Kamu juga yang mengingatkan aku tentang perlunya mandi di sore hari. Apa kabar kamu disana ? Kamu pasti sedang asik memulai bermain hati dengan yang lain. Kau juga pasti sedang mengeja nama baru untuk kau peluk erat dan perlahan demi perlahan menanggalkan jauh namaku. Dan mungkin kau sedang memandang laki-laki hebat yang pernah kau harapkan selain aku.

Mungkin benar, kebohongan yang aku tanam membuat dampak buruk pada hubungan kita. Membuatmu beralih pergi dan tak pernah ingin mengenal lagi tentang aku. Namun, ketahuilah, aku memang menyembunyikan semua hanya demi menyetarakan aku padamu. Hanya untuk megalihkan perhatian yang kau punya demi aku. Aku paham, tak satupun orang yang suka dengan kebohongan. Terlebih kamu. Dan sepeninggal kau kini, memang telah meringankan dosaku, namun memaksaku mencari-cari rindu yang tersisa.

Aku masih ingat betapa galaknya dirimu. Kau selalu mengingatkan aku tentang mandi disore hari. Memahami pekerjaanku yang super padat. Padahal aku tahu kau mengharapkan kabar dariku. Sedikit saja meluangkan waktuku untukmu. Namun kau berusaha sabar dengan apa yang telah meruntinitaskan keseharian yang aku punya.

Hey, bocah kecil yang selalu menemaniku. Yang kini jauh dan menghilang. Aku merindukan saat-saat bersamamu. Melepas tawa berdua. Berkomentar tentang kebodohan kita masing-masing. Aku mencoba memberi lembar kosong yang aku tanam dengan tinta hitam. Berharap kau kembali disini. Bersamaku. Aku memang hanya mempunyai harapan yang semu. Yang mustahil bisa kembali. Namun, jika kau masih sedikit saja mengingat aku dibenakmu. Aku hanya ingin sebentar saja memelukmu hangat dan mencium kening lebarmu. Dan sedikit ungkapan terimakasih. Karena kau telah pernah menjadi bagian di hidupku.

Hanya ungkapan sesaat
Untuk bocah penyuka loly
Di jogjakarta

Selasa, 16 Juni 2015

Masih Seperti Kemarin


Rasanya masih seperti kemarin aku bisa menggenggam tanganmu. Masih seperti kemarin saat aku membisu dalam tatapan yang kosong. Tatapan dimana mengalun benih-benih keluguan yang kau tampakkan. Tatapan kesejukan yang selalu saja hadir menenangkan hati. Dimana canda masih menemani keseharian kita. Juga peluhan manja yang kau sodorkan hanya untuk mendapatkan sedikit perhatian yang aku punya.

Mungkin aku masih saja mengatakan hal itu seperti kemaren. Aku tak pernah paham, Berkali-kali kau dihadirkan oleh rindu di dalam imajinasiku. Sampai saat ini. Hingga tulisan ini tercipta, yang telah menjadikan kamu sebagai objek inspirasiku. Waktu memang seperti tak berjarak, meski kita sudah terpisah dua tahun silam. Memang suatu hubungan belum tentu selalu bisa berjalan lancar meski kita telah bersama-sama menjaganya dengan baik. Namun, sebuah kenangan manis yang pernah kau tanamkan masih terus membekas dan tak pernah hilang.

Banyak orang bilang aku memang sedang merindu. Sebagian dari mereka juga mengatakan aku masih menyimpan rasa sayang yang dulu pernah kita agung-agungkan. Aku pernah mencoba untuk membunuh perasaan ini. Bahkan sesering mungkin aku mengabaikan rindu dan sayang yang masih membekas. Namun hanya kesia-siaan belaka. Karena kenangan manis yang kita ciptakan dahulu masih punya kekuatan yang besar menghantui hidupku sesekali. Dan aku tak pernah bisa mengelak dari keadaan yang meresahkan ini.

Boleh aku tanya satu hal padamu. Kamu yang pernah singgah dilubuk hatiku. Kamu yang pernah menjadi doa terbesar dalam sujudku. Aku masih saja belum bisa melupakan kamu yang dulu. Terlebih kenangan yang sudah kita jalani dimasa lampau. Ini kerinduanku padamu. Kamu adalah kenanganku dan kenangan ini mengusik hari-hariku meski aku menikmatinya. Sungguh aku tak pernah ingin mendapatkan jawaban yang begitu berkesan darimu. Aku hanya ingin kau paham. Aku masih saja memeikirkan kamu disini. Dan pertanyaanku, Apa kau pernah merasakan hal yang sama seperti ini ?

Kamis, 11 Juni 2015

Rindu Yang Cemburu

Aku masih saja ingin denganmu. Bercanda denganmu. Menarik hidungmu yang pesek. Tertawa terbahak-bahak. Sepertinya kau senang menertawai perutku yang sedikit buncit. Atau melihatmu bersemangat menceritakan sesuatu hal. Entah itu tentang pakaianmu. Atau kurang tebalnya lipstik yang kau pakai. Semua seperti sudah menjadi hariku yang sempurna. Yang secuilpun tak mungkin aku gadaikan dengan uang. Aku tak ingin candamu terhenti di persimpangan jalan. Dimana sesaat kau mulai terlepas dari penglihatanku dan hilang.

Bagaimana bisa aku menaruhmu pada prioritas yang bukan utama. Sedangkan sedetik saja aku mengabaikan kamu, rasanya ribuan rindu menggeluti seluruh tubuhku hingga tercabik. Bukan sakitnya yang aku persalahkan. Tapi rindu yang masih dan akan terus hadir. Membuat aku selalu ingin dan terus ingin menemuimu. Dan kini aku pastikan kau adalah prioritas utama ditengah agenda sibuk yang banyak aku jalani.

Aku jadi ingin membahas apa yang kau keluhkan. Kamu selalu mengkomplain swmua tentang kesibukan yang aku jalani. Karena kesibukan itu aku terlalu lalai dan mengabaikan kamu. Maafkan atas semua kesibukan ini. Meski aku tak sepenuhnya mempersalahkan ia. Karena kesibukan yang aku jalani, sebagian diantaranya milikmu. Sebab, hasilnya akan aku jadikan kado termanis yang ingin ku berikan padamu. Sebagai pelengkap kita. Penyatu kerinduan kita. Nanti kau pasti paham dan tak lagi menyudutkan kesibukan yang aku jalani ini.

Saat ini, aku hanya bisa katakan bait-bait kusam yang ku buat.

Sayank, tetaplah bersamaku.
Tertawalah saat kau melihat perutku yang sedikit buncit.
Kau masih saja merengut saat kutarik hidung pesekmu.
Karena itu yang selalu aku rindukan dari kamu.
Warnai aku dari aura kasih yang kau tanam.
Bertahanlah sebentar saja.
Karena, jika telah cukup masa baktiku pada kesibukan.
Saat itu pula aku pagari kau dengan ucapan doa dan kalimat suci.
Aku hanya ingin membuat rindu cemburu.
Karena pastinya ia tak akan bertamu dihatimu lagi selamanya.

Bait-bait kusam yang ku beri nama rindu yang cemburu.

Kamis, 04 Juni 2015

Rasa lelah dan mimpi yang besar

Ketika semua telah terlewati. Dan raga terasa begitu lelah di ufuk senja. Bunga-bungapun terkoyak bersama pusara yang jahanam dimalam hari. Gelap memang tak mengobati rasa lelah. Namun gelap bisa sedikit menenangkan jiwa. Dari sibuknya mecari subuah nama yang masih asing dimata mereka. Dari resahnya para penggembala yang lapar.

Terkadang aku ingin mencari sisi yang sulit dipahami. Kau mengerti atau kau akan tertinggal. Dimana aku bisa temukan ujung dunia ini berada ? Berapa lama aku bertahan dalam kemunafikan yang berkembang di kelopak mata dan mulut ini ?

Tak ada pertanyaan yang tak bisa terjawab. Meski masih begitu banyak opsi lain yang aku telan tanpa aku telaah sebelumnya. Sehingga dengan mudah tubuhku mencerna propaganda. Kebodohanku memilah dan menelaah  informasi terkadang membuatku jengkel sendiri. Memaksa aku untuk bekerja keras membeli kepintaran orang lain. Sedikit bumbu kemunafikan. Itu ungkapan kebencian yang aku tujukan untuk kebodohanku.

Mungkin lelah yang aku derita masih mengelayut mesra. Memasuki setiap rongga-rongga nadi. Menjalar hingga ketitik saraf yang fatal. Persetan dengan lelah ini. Mimpi yang aku punya jauh lebih besar dari rasa lelah yang tak ada gunanya. Sebab mimpi yang besar akan selalu berdampingan dengan lelah yang diderita. Biar ku beri tahu sedikit tentang rasa lelah dan mimpi padamu. Karena memang sejak dulu hingga kini, rasa lelah dan mimpi yang besar, adalah satu kesatuan dari keresahannya umat manusia.