Selasa, 10 Februari 2015

Catatan Kecil

Semua note yang kamu tulis masih sering aku membacanya. Seakan tak pernah bosan aku menggali arti dari setiap kata yang kau tata. Berharap aku yang selalu kau tuangkan dalam catatan itu. Atau setidaknya kamu pernah mencantumkan aku sebagai subjek yang kau perbincangkan. Betapa terlalu pede aku berfikir seperti itu. Namun setidaknya aku pernah menjadi pelabuhan yang selalu kamu bicarakan seru bersama para sahabatmu itu. Sedikit yang ku dengar dari mereka. Walau sesungguhnya aku ingin menggalinya lebih lanjut. Namun, ketika kamu sebut namaku saja rasanya sudah cukup aku merasa senang dibuatnya.

Kamu yang sekarang memang sudah berubah. Kamu kini lebih bersifat dewasa. Mungkin karena masa-masa kuliahmu merubah karaktermu. Kehidupanmu kini kau arsiteki dengan baik. Setidaknya kau menukanginya dengan sistem yang kau ambil dari jurusan kuliahmu. Mungkin sekarang otakmu sudah berisi jutaan rumus dan ide-ide gila. Seperti kegilaanmu pada ilmu yang kamu tempuh. Kamu tak lagi menjadi seseorang yang aku kenal sebelumnya. Namun aku tetap bangga. Dari satu hal yang tak pernah bisa kamu merubahnya dari dirimu. Kamu masih terus mengejar impianmu yang sejak dulu kau tanam dalam hatimu.

Sekarang kamu telah menghilang bagai ditelan bumi. Sesekali aku merindukanmu. Merindukan note-note yang kau buat. Kamu menyimpannya didalam catatan akun sosialmu. Aku pengagum berat tulisan kamu. Hanya itu yang selalu aku tunggu disetiap malamku. Namun, semenjak kesibukan kuliah yang kamu jalani. Aku kehilangan note-note terbaikmu. Kamu meninggalkannya begitu saja. Seperti sudah terbengkalai. Tak lagi kamu menggubrisnya. Aku hanya bisa menghela nafas.

Mungkin ini pertanyaan bodoh yang aku lontarkan untukmu. Tentang keberadaanmu kini. Tentang filosofi note-note yang membuat aku dimabok kepayang. "Kamu dimana, Aku rindu kamu?." Tulus, namun memaksakan. Terakhir aku lihat kamu di sebuah undangan pesta pernikahan teman. Kamu tak banyak berucap. Hanya sepatah dua patah kata. Aku hanya memandangmu dari jauh. Kamu tak membawanya. Seseorang yang kini selalu ada disampingmu. Kamu belum pernah sekalipun membawanya disetiap momen berkumpul. Padahal aku ingin mengenalnya. Aku hanya ingin mengatakan sesuatu padanya. Aku hanya ingin katakan kalau dia sungguh sangat beruntung bisa memiliki kamu. Sungguh bodoh jika dia meninggalkanmu. Dan akulah orang pertama yang akan berada didepan untuk menghakiminya bila kamu telah terluka olehnya.

Kehilangan kamu memang sudah aku rasakan sekarang. Bayang-bayang kamu pun mulai pudar. Terkikis derasnya hujan. Terbawa angin laut yang menyampaikan kabar duka. Aku yakin kamu masih suka menulis. Jangan berhenti ya, walau masih saja kau simpan rapat-rapat didalam note pribadimu. Jika nanti kamu mulai menulis kembali. Maafkan aku bila menyadur semua note kamu. Karena, hanya cara itu aku bisa mengobati sedikit rindu. Rindu aku pada kamu dan note-note yang setiap saat menyayat hatiku.

13 komentar:

  1. tentang rindu pada dirinya,ehm keren artikelnya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih gan,,, masih harus banyak belajar ;)

      Hapus
  2. seperti hujan yang datang. rindu menyergap membawa setusuk kata kata. seperti bekal para penyair. ia :rindu melukis sendiri lewat jemarimu. hingga sangat jelas tercium wangi masa lalu.

    mantap. lanjutkan gan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih gan, wangi masa lalu rasanya gmna gan ?

      Hapus
  3. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  4. Baru mampir udah suka sama tulisannya :)

    www.fikrimaulanaa.com

    BalasHapus
    Balasan
    1. Thanks brother, kaki ini siap melangkah untuk walking blogn agan :D

      Hapus
  5. keren bro tulisannya!! keep writing (y)

    BalasHapus

Komentar kamu adalah harapan masa depan ku, Sadapppp :D