Selasa, 14 April 2015

Hujan di Waktu Senja

Hujan kembali berderai. Sesaat sebelum masuk waktu maghrib. Waktu peralihan antara siang dan malam diselimuti dengan rinai hujan adalah keindahan. Bagi sebagian orang hujan adalah saat-saat yang ditunggu. Lebatnya air yang membasahi bumi itu menenangkan. Disitulah mereka mengais harapan panjang dari doa-doa yang dimunajatkan. Karena salah satu dari mustajabnya sebuah doa adalah saat hujan itu berderai lebat. Aku tak ingin melewatkannya begitu saja. Akan aku selipkan doa di balik rintik yang belum terhenti itu. Pengharapan agar aku bisa menjadi lebih baik dari sebelumnya.

Hujan juga memang terkesan cukup menakutkan. Namun tidak dengan para sastra hebat. Mereka menanggalkan hujan sebagai suatu prosa terbaiknya untuk menemukan keadaan atau latar tulisannya. Membuatnya sedemikian rupa agar terlihat lebih romantis. Sepertinya hujan tak akan pernah tertinggal dari kisah cinta dan romance yang hebat. Dua hal yang saling mendukung. Aku terkadang sering membayangkan tulisan hujan yang mereka tulis dengan latar hujan sebagai pendukung prosanya. Cantik sungguh memang mengesankan. Karena hujan mencurahkan keindahan alam dengan derainya yang membasahi bumi.

Kali ini aku hanya ingin melukiskan hujan dengan tulisan kusam ini. Aku hanya ingin menggambarkan dan memetik sedikit keindahannya. Seperti banyak dari mereka yang mencintai hujan. Banyak dari mereka yang tak ingin melewatinya untuk sekedar bercerita, mencurahkan isi hatinya dengan hujan melalui doa dan harapan. Melukiskan hal tersebut membuatku terasa begitu nyaman. Sambil memandangi langit yang pekat tak ramah. Juga dingin yang sesekali menculik diamku. Ini sungguh menyenangkan.

Aku paham hujan kali ini menutup keindahan senja. Mungkin senja yang sedari tadi bersiap-siap untuk hadir menghangatkan sore ini, telah dicuri start oleh hujan yang tiba-tiba saja turun. Bagiku tak mengapa. Hujan dan senja mempunyai ceritanya masing-masing. Bahwa sesungguhnya kedua fenomena alam ini sama-sama menawarkan keindahannya. Apapun yang Tuhan berikan, aku akan menikmatinya dengan perasaan senang. Bahwa sesungguhnya rasa syukur yang paling aku rasakan. Ketika aku masih bisa merasakan hujan maupun senja lalu diikuti dengan kumandang adzan. Sesaat sebelum rokaat syukur aku tinaikan.
Alhamdulillah.

2 komentar:

  1. Wah pesannya ngena banget, karena aku ja suka lupa dan justru malah panik saat hujan apalagi kalau hujan lebat. Padahal itu adalah waktu yang tepat untu berdo'a dan mustajab.

    makasih, makasih untuk ilmunya :D

    BalasHapus
  2. Hehe, Alhamdulillah masih bermanfaat bang :))

    BalasHapus

Komentar kamu adalah harapan masa depan ku, Sadapppp :D