Jumat, 27 Februari 2015

DEADLINE

Gue paling benci sama yang namanya deadline. Semua serba menjadi rusuh jika berbicara tentang deadline. Muka-muka berubah total menjadi pribadi yang pemarah. Emosi yang tinggi menjadi raja. Tanpa terkecuali gue pribadi. Disaat-saat genting seperti ini biasanya gue menggunakan sistem "senggol bacok" atau " jangan ganggu kalau mengganggu pasti gue tinju. " sepenggal kesuraman akhir bulan gue.

Deadline dalam sebuah pekerjaan memang sudah terlalu mainstream kalau sudah mendekati tanggal kakek-kakek sekarat. entah itu inventory, stock opname atau pekerjaan input data yang memang rada males gue kerjakan tepat waktu. Walau gue paling benci yang namanya deadline. Tapi gue pula yang biasanya menunda-nunda pekerjaan hingga waktu deadline tersebut hadir. Awalnya melakukan itu seperti menajalani sebuah tantangan pekerjaan. Namun seperti apa yang sudah kalian prediksi, Gue kelabakan kayak orang kehilangan barang. Sedangkan bos gue sudah berdiri menantang didepan meja kerja gue. Kalau sudah begitu sauna gratis yang gue dapati. Keringet yang mengucur deras membanjiri sela-sela selangkangan gue. hammer -_-

Deadline terkadang juga melupakann jam makan siang gue. Aneh ya, biasanya jam 11 siang perut gue udah mengeruk-ngeruk keroncong protol. Dan sebenarnya gue gak pernah bisa menahan rasa lapar. Tapi ketika deadline sudah berada didepan muka. Rasa lapar itu hilang bagai ditelan bumi. Siap-siap dah gue sediakan obat maagh buat jaga-jaga. Kalau sudah begitu otak gue berputar. Kemungkinan pusing pala barbie.

Dan Kenyataannya gue mesti pulang hingga larut malam. Dengan kepala yang masih berputar tujuh juta keliling, Perut masih saja kroncong protol, malah sudah maagh kronis ampe stadium gelora bung karno (lebay dikit), dan dicariin sama nyokap bokap gue. Inget kata mamah tak boleh pulang malam-malam nanti diculik. Gue udah gede mah, udah bisa jaga diri. Tapi bener juga kata nyokap, hati-hati kalau pulang hingga larut malam. Bukan karena diculiknya yak, inget dicatet sekali lagi, bukan karena diculik. Namun karena begal. Akhir-akhir ini begitu banyak pemberitaan tentang begal. Dan gue keder bro, ngeri campur napsu pengen nonjok tuh begal kalau ada didepan gue. Gue gak takut sama begal kalau tuh si tukang begal lagi bobo cantik (kalau lagi bawa samurai mah atut atuh -_- ). Semoga gue bisa sampai rumah dengan aman, selamet, jarwo, joko, dan yang lainnya. amienn.

Pokoknya, masalah deadline super duper buat muka gue berubah jadi Hulk. Dan ini harus gue jalani setiap akhir bulan setelah gajian. Gimana gak jadi hulk, gajian turun tanggal 25 dan langsung cabut begitu saja dari dompet gue tanpa pamit. Dan langsung berhadapan dengan yang namanya Deadline pekerjaan sambil membawa muka Bos yang sudah siap menebas batang hidung gue.

NGERTI  LUH  DERITA YANG  SEDANG  GUE  JALANI  SEKARANG. UDAH  DEH  JANGAN DIBACA  LAGI, GUE  LAGI  JADI  HULK  NIH. END

Kamis, 26 Februari 2015

Mimpi diatas WC

Tidur malam lagi. Lagi-lagi gue mengubur dalam-dalam impian setiap hari gue untuk bisa tidur cepet. Nyatanya hari ini gue masih saja melewati jam 12 malam dalam keadaan mata masih terbuka lebar. Melotot insomnia. Padahal setiap sore selepas pulang kerja mata terasa sangatlah ngantuk. Lalu munculah pemikiran yang gue sebut sebagai mimpi setiap hari gue untuk bisa tidur cepet. Namun lagi-lagi gagal total.

Kalau sudah seperti ini biasanya besok paginya gue bakal telat bangun. Mata yang masih belum bisa dibuka itu bagaikan dikunci pake gembok toko-toko orang cina. Rapet, tanpa celah. Terus gue mandi, namun ujung-ujungnya gue cuma memindahkan alam mimpi gue dari kasur ke atas WC. Tapi tetep nyenyak. Tanpa sadar gue menghabiskan waktu dikamar mandi satu jam hanya untuk melanjutkan mimpi gue yang tertunda. Dari kejauhan suara lantang yang membuat gue terhenyak. Suara yang menggelegar itu sahutan dari enyak gue yang gak pernah bosan untuk membangunkan gue dari mimpi diatas WC. Wajah gue sontak jelek saat dikagetkan enyak gue. Jeleknya mungkin sama seperti jamban yang gue ajak bobo mesra barusan. Namun jam sudah memaksa gue buru-buru mandi. Mandi ayam yang selalu jadi pilihan gue.

Kelar mandi gue kelabakan udah kayak banci dikejar satpol pp. Saking terburu-burunya kadang ada saja barang yang lupa gue bawa. Dijalan gue kebut-kebutan bak valentino rossi lagi balapan liar trek-trekan malam. Tapi gue sadar kalau dijakarta kagak bisa kebut. Yang ada malah berjalan secepat odong-odong lagi narik bocah. Lelettttt !!! Dan telatlah sampai kantor. Masih terasa kantuk.

Setelah telat sampai kantor dengan kantuk yang masih menggelayut di kelopak mata gue. Saat itu terciptalah pemikiran hebat diotak gue. Pemikiran itu adalah.....

"Ngantuk begini, nanti pulang sampai rumah gue mau tidur cepet, bangun pagi, dan gak telat sampai kantor, " Ternyata gue masih mimpi diatas WC yang jeleknya mirip muka gue.

Senin, 23 Februari 2015

Merajuk

          " Kamu selalu dibicarakan mereka saat kami berkumpul !! " Ungkap minah lesu. Wajahnya ditundukkan sesaat seperti tak ada kerelaan membicarakan ini padaku.

          " Bagus dong, itu tandanya aku seperti artis yang diperbincangkan dalam infotainment " Candaku pada minah. Wajahnya langsung jelek tak terupa. Rupanya rasa jealous sudah memutar dikepalanya. Sambil memutar-mutar handphone nya. 

          " Jadi kamu suka dibicarakan mereka, kamu tuh isshh !!!! " Dengan nada cukup kesalnya minah berucap. Kali ini dia memalingkan wajahnya. Menutup raut wajah jealous nya yang kini bercampur dengan amarahnya. Sedangkan aku masih asik memainkan game di gadget. Sambil sesekali aku lirik minah dengan wajah emosi plus jealous nya itu.

          " Trus, aku harus berbuat apa ? " Tanyaku pada minah. Sambil masih memainkan game di gadgetku. Minah masih memalingkan wajahnya. Tangannya kini membuka memainkan hanphonenya untuk mengurangi kejenuhan.

          " Terserah kamu sajalah " Tanda tak perduli minah. Sesungguhnya minah perduli. Namun dia hanya berpura-pura tak perduli hanya ingin supaya aku perduli. Perduli akan jealousnya dia. Perduli pada rasa yang sudah dia pendam begitu lama.

          " Hey, Kamu kenapa sih tumben banget begini ? Lihat aku " Kali ini aku mengabaikan game yang sedari tadi aku mainkan. Aku hanya ingin melihat wajahnya yang penuh rasa cemburu. Meski minah masih membelakangiku aku merasakan hangatnya rasa cemburu. ya, rasa cemburu yang besar akan cintanya padaku. Minah tak ingin kekasih hatinya dibicarakan oleh orang lain. Aku beranikan diri untuk mendapati wajahnya dengan tanganku. membalikan badannya hingga ke arahku. " Kamu cemburu ya ? " aku langsung tersenyum.

          Minah semakin marah. Tak seharusnya aku meledeknya disaat dia dalam keadaan marah. wajahnya langsung berpaling kembali. Tubuhnya pun kembali membelakangiku. Dengan tangan kanannya yang terpagu pada dagunya. Sedangkan tangan kirinya kembali asik menscroll-scroll gadgetnya kembali. " Sudahlah lupakan pembicaraanku tadi " Nada orang-orang yang ngambek. Hal yang biasa wanita lakukan.

          " Ya sudah !!! " Aku kembali memainkan game yang sedari tadi aku mainkan.

          " Kamu tuh ya gak pernah ngerti perasaan aku, gak pernah peka apa yang aku rasakan, kamu tuh kebangetan banget sih !!! " Seperti melabrakku nada tingginya menghampiriku. Aku yang sedang asik memainkan game mendadak berhenti sesaat dan melirik minah.

          " Tadi kata kamu lupakan saja " Jawabku lembut. Tak membalas kata-kata yang bernada tingginya. Kali ini minah berdiri dari tempatnya bersandar.

          " Ya sudah aku pulang aja, bete sama kamu !! " Mencoba pergi dari tempat kita duduk bersama. Raut wajahnya kali ini penuh rasa kecewa. Memerah param. Namun cantiknya masih aku rasakan. Memang aku menyukainya ketika sedang marang. Dikemarahannya itu raut wajah cantiknya yang alami terpancar dari minah. Dan aku menikmatinya.

          " Hey, iya oke, kita bisa bicarakan baik-baik yah, kamu duduk lagi, sini, jangan emosi gitu donk !! " Aku menarik tangannya. Aku masih memandangi wajah muram bercampur kecewanya yang cantik. Minah menurutinya. Dia kembali duduk disampingku. dengan tangannya yang terpagu kembali di dagunya. Sedangkan tangan yang lainnya mengasikkan kembali dengan handphonya. Aku kembali bertanya pada minah. " Kamu mau aku gimana ? "

          " Gak tau, Suka-suka kamu sajalah " Minah menjawabnya masih dengan nada kesalnya. Rasa cemburu ditambah kesal ditambah murung dan kecewa sudah melebur menjadi satu.

          " Ya sudah, kamu jangan marah ya, nanti aku bilang sama mereka biar mereka gak bicarakan aku lagi, gimana ? " Saranku pada minah. Sepertinya dia antusias dengan apa yang aku lontarkan padanya. dia mengankat wajahnya yang sedari tadi tertekuk bengkok. hehe.. !!

          " Kamu serius ya, gak bohong ? "

          " Iya aku serius, janji " mulutku tersenyum lebar. Agar minah bisa kembali tersenyum.

          " Aku pegang janji kamu "

          " Nah gitu donk, senyumnya mana ? " Aku memintanya untuk kembali ceria seperti sebelumnya aku mengenal minah. Diapun melontarkan senyumnya padaku. Seperti dipaksakan, namun ya sudahlah mungkin minah masih terselip rasa cemburunya.

          " Terus, Kamu mau bilang apa ke mereka ? " Tanya minah kembali.

          " Aku akan bilang ke mereka, 'Hey kenapa kalian sering ngomongin gue, emang gue ganteng tapi jangan diomongin juga kali. Kalau kalian suka sama gue, ya kalian juga boleh jadi pacar kedua gue', Aku bakal ngomong gitu ke mereka, hehehe...!!! " Jawabku.

          Minah kembali merajuk dengan wajah cembetutnya yang aku suka.

Senin, 16 Februari 2015

Bertepuk Sebelah Tangan

Aku merasa sangat asing dimatamu. Saat semua usahaku tak lagi menjadi yang spesial dimatamu. Sepertinya hanya sebuah kesia-siaan belaka aku memikirkan kamu. Menjadikan kamu sebagai bidadari mahkota ditempat terbaikku. Didalam hati yang terletak sebagai sumber rasa. Sudah ku pastikan kamu yang selalu aku kedepankan. Semua tentangmu yang jadi faktor utama kehidupanku. Dan kamu lah penyeka senduku kini. Namun kamu masih saja tetap seperti kamu. Yang tak pernah perduli siapa aku.

Aku memang mengagumimu. Menyayangimu sepenuh hati. Rasanya aku sudah cukup puas bisa memperbincangkan kamu didepan teman baikku. Mereka selalu berkata, kamu bukanlah orang yang suka mempermainkan perasaan. Kamu orang yang baik. Dan mereka juga pernah berkata padaku, bahwa kamu tak pernah memilah-milah siapa yang bakal jadi pendampingmu kelak. Kamu tak memperdulikan tampang yang rupawan. Kamu tak meperdulikan harta bahkan tahta. Kamu hanya menginginkan orang yang begitu pengertian terhadapmu. Karena itu aku memperjuangkan kamu. Sepenuh aku memperjuangkan hak aku. Hak untuk bisa memiliki kamu dan menjagamu seutuhnya.

Aku paham, bahwa kamu tak ingin dimiliki oleh orang yang bahkan tak punya perjuangan yang tinggi terhadapmu. Lelaki yang kamu idam-idamkan adalah seseorang yang sangat bersungguh-sungguh mengejarmu. Seseorang yang terus menerus memperlihatkan usahanya yang gigih. Mmungkin kamu bisa terbuai dengan orang-orang yang mau berkorban lelah dan waktunya untuk kamu. Meski sangatlah berat aku memperjuangkan akamu. Aku masih ingin melakukan semua untukmu. Walau rasa canggung yang tinggi membuat aku seperti tak bersungguh-sungguh dimatamu. terlihat tak pernah begitu baik dihadapan kamu.

Aku suka caramu mencintai. Aku suka caramu menseleksi siapa yang akan menjadi pendampingmu kelak. Tak semudah itu kamu menerima cinta. Hal itu yang membuatmu terlalu intern terhadap setiap lelaki yang akan mendekat terhadapmu. Tak terkecuali aku. Seseorang yang masih berjuang untuk mendapatkan cinta darimu. Terima kasih telah memberiku arti tentang perjuangan. Betapa sulitnya aku mendapatkan manismu. Cinta kamu sungguh cinta kelas atas. Tak banyak orang yang bisa bertahan dalam tahap proses memperjuangkan kamu. Namun aku akan tetap memperjuangkan kamu. Walau masih saja, cintaku kau buat bertepuk sebelah tangan.

Minggu, 15 Februari 2015

Ibu Berdagang Lagi

Mulai saat ini setiap pagi aku disuguhkan dengan serunya jual beli. Dimana si pedagang  sedang asik menawarkan barang dagangannya yang dijual. Sedangkan si pembeli sedang asik memilah-milah barang yang akan dibawanya bertandang kerumah. Ekspresi mereka penuh semangat walau masih saja terselip rasa kantuk. Sudah terlihat dikantung mata mereka yang hitam. Jelas saja dipagi buta ini mereka saling bertaransaksi. Hanya untuk mencari rezeki dan sesuap sarapan pagi.

Si pedagang tersebut adalah ibuku sendiri. Beliau baru merintis jualannya pagi ini. Hanya makanan ringan pembuka pagi. Ya, hanya pembuat sarapan pagi bagi mereka yang tak sempat memasak dipagi hari. Biasanya disuguhkan untuk orang-orang tersayang yang ingin pergi bekerja atau sekolah. Dan Alhamdulillahnya dagangan ibuku laku keras. Mungkin rejeki dipagi hari. Yang kata orang bilang bangun pagi-pagi jangan sampai rejekinya dipatok ayam. Walaupun mitos namun wacana tersebut membuktikan kebenarannya. Terlihat dari wajah ibuku yang agak sumringah dagangannya terjual habis. Walau raut lelahnya masih sangat jelas terlihat.

Aku jadi ingat ketika kecil dulu. Ketika umurku beranjak yang ke 13 tahun. Sama seperti halnya hari ini, ibuku sempat berjualan. Dagangannya tak sama dengan saat ini. Ketika itu beliau membuat warung kecil-kecilan. Menyediakan dagangan anak-anak, ada juga sembako yang ditawarkannya. Aku yang masih duduk dibangku kelas 1SMP itu. Seperti tak tau akhlak yang baik. Setiap hari sebelum sekolah, aku selalu mengambil barang dagangan ibuku tanpa dia tau. Terkadang permen, chiki atau barang yang bisa aku makan. Tak tanggung-tanggung, aku bisa ambil 4-5 sekali jalan. Hingga akhirnya ibu menutup dagangannya yang tak dirasa cukup untuk memutarnya dari hasil yang dicapai. Aku merasa menyesal kalau mengingat itu. Sungguh amat menyesal.

Melihat masa lalu itu membuat aku tak bisa memaafkan diriku. Aku bertekat tak ingin mengulangnya kembali. Dan hari ini ibuku berjualan kembali. Aku hanya ingin menebus kesalahanku dimasa lampau. Setiap ibu menawarkan dagangannya untuk sarapan pagi. Aku selalu menolaknya mengingat dari alasan yang lalu. Dan semoga dagangan ibu kali ini bisa istiqomoh dalam jangka waktu yang lama. Dan pastinya tidak akan pernah aku mengulang kesalahanku itu. Karena cukup dulu saja aku durhaka. Sekarang waktuku mengemban amanah. Untuk membahagiakan ibu seutuhnya.

Sabtu, 14 Februari 2015

Hujan Belum Reda di Kotaku (2)

Sebelumnya baca Hujan Belum Reda di Kotaku dulu ya

Hujan diluar sana masih mengguyur seluruh kota. Aspal-aspal yang digilas oleh rinainya kini mulai tertutupi genangan. Mungkin rongga gorong-gorong kota sudah dipenuhi sampah. Tak ada lagi celah. Menyebabkan air yang harusnya bisa mengalir, kini tergenang bebas dilajur-lajur jalan protokol. Aku yang masih menatap monitorku dengan khusuk. Tak ingin memikirkan hal tersebut. Mungkin kali ini, aku hanya ingin menyibukkan diri untuk menelusup kedalam cerita-cerita kahayal para blogger hebat. Dan tak ingin memikirkan banjir tahunan yang pastinya selalu mampir dikotaku setiap tahunnya. Walau nantinya, aku akan berputar-putar mencari jalan demi bisa kembali kerumah.

Ketika itu tiga orang sahabatku mengagetkan aku akan kedatangannya. Membuyarkan fokusku pada monitor yang sedari tadi menemaniku. Mereka adalah Indah, Ibe dan Biah. Sekedar mengajak makan malam.

" Bang emenk makan yuk !! " ucap biah dengan nada merayu padaku sambil memegang perutnya yang sudah lapar. Lain waktu aku ingin ceritakan tentang biah waktu kami pernah touring kelampung dulu. Seorang wanita yang mudah mengeluarkan air matanya ketika rapuh.

Hanya sekedar warung kopi dipinggir jalan. Berdiri dengan sanggahan beratap terpal. Dengan jajanan yang seperti umumnya warkop yang ada dijakarta. Tak ada nasi, kita dimanjakan dengan indomie. Namun yang menarik dari warkop ini adalah letaknya yang dipinggir kali. Walau kebanyakan kali yang ada dijakarta itu gak bagus. Tapi ketika suara gemericik airnya yang mengalir seperti menenangkan dari super semerawutnya kota. Kami memang sering makan disini lepas letihnya bekerja. Kami sebut warkop ini dengan sebutan ropang pinggir danau. Hehe..!!

Suasananya masih saja hujan. Tidak besar, hanya saja sisa sisa gerimis yang tak kunjung reda. Ditemani semangkuk indomie rebus dengan telur mata sapinya. Ditemani pula dengan para sahabat. Semua serasa hangat ketika aku meneguk kopi susu yang masih mengepul asap. Semua suguhan hangat ini tak membuat aku merasakan dinginnya udara. Dengan canda tawa mereka. Membuat aku merasakan kebahagiaan. Melupakan kejenuhan kota sesaat. Bersama mereka, aku melupakan segala keluh kesahku. Walau masih saja hujan belum reda dikotaku.

Jumat, 13 Februari 2015

Hujan Belum Reda di Kotaku

Hujan jatuh kembali dikotaku. Tak besar, namun petir yang menyambar begitu menyeramkan. bagai petasan yang saling balas. senja hari ini terasa begitu pekat. awan-awan hitamnya menantang alam. menyambut kemelut ramai kota yang tersaji setiap hari. menjemput badai yang mungkin bisa saja hadir malam ini. Terasa Keberkahan ini begitu sedikit terbalut murka. Mengerikan, suasana saat ini memang sedang tidak baik. Banyak dari mereka masih mengurungkan niatnya untuk pulang. Masih bertahan didepan layar monitor kantor mereka masing-masing.

Hal yang sama aku lakukan seperti mereka. Mengurungkan niat untuk pulang tepat waktu. kondisi yang seperti ini rawan untuk berkeliaran diluar sana. Jadi aku putuskan untuk menunda pulang barang satu atau dua jam. Yang aku kerjakan hanya melakukan ritual sederhanaku. Browsing, mencari sesuatu yang bisa aku pelajari. Sambil menunggu, sedangkan diluar hujan lebat nan hebat masih mengguyur basah aspal-aspal kota.

Aku menghentikan aktifitas browsingku sejenak. Saat mulai terdengar panggilan yang menyejukkan. Panggilan yang menenangkan dalam mencekamnya derai hujan. Adzan yang berkumandang dari handphoneku. Yang mengharuskan aku untuk menunaikan kewajiban diwaktu senja. Kewajiban umat beragama islam, keyakinan yang aku pegang.

Hujan yang tak reda. Mengingatkan aku pada banjir yang setiap tahun selalu mampir dikotaku. mengelilingi setiap jalur-jalur protokol, jalan-jalan tikus bahkan gang-gang senggol. Hampir rata menyeluruh hingga kepelosok.  Kalau sudah begitu biasanya aku berputar-putar mencari jalan. Agar bisa sampai kembali kerumah. Belum lagi macet yang super sangat luar biasa. Makanya tak heran jika kota ini sudah dinobatkan menjadi kota dengan lalu lintas terburuk didunia. Miris mendengarnya. Lika liku kota yang sekarang sedang aku diami. semoga kedepannya kelak semua sistem bisa diperbaiki.

Hujan memang masih belum reda. Aku hanya menikmatinya walau wajahku mengernyit. Nikmati sajalah alam yang setiap saat selalu berganti. Sudah menjadi siklus setiap tahunnya. Dan doaku semoga saja kotaku tak terjadi bencana yang besar seperti hujan-hujan yang tak reda sebelumnya. Walau sesungguhnya aku mencintai rasa hujan yang hadir, dengan gemericiknya yang menenangkan. Dari situ aku mengambil hikmahnya. Walaupun menakutkan. Hujan kali ini memberi keberkahan diwaktu senja. Walau masih saja aku menunggunya untuk reda.


Kemarin 12/2/2015

Kamis, 12 Februari 2015

Rencanaku Berdebat Denganmu

Ada hal lucu ketika aku berdebat denganmu. Kita selalu memperdebatkan tentang masalah yang tak penting. Aku selalu ngotot mempertahankan argumenku. Walau ku tau apa yang aku lakukan adalah kesalahan yang besar. Setiap perdebatan yang membuat kamu amat terasa jengkel. Tapi kamu tau apa yang aku lakukan, hanya ingin menarik simpatikmu saja. Tidak yang lain. Tidak serta merta membuatmu merasa malu setelah perdebatan tersebut. Perdebatan yang sesungguhnya hanya ingin bisa bersamamu lebih lama lagi.

Aku selalu berkata padamu, apa yang kamu cita-citakan kelak ? Kamu hanya memberikan senyum. Bibir mungilmu saja sudah membuat aku lemah. Dan lebih sempurna rasanya bila disatukan dengan senyuman itu. Kamu tak pernah tahu disitulah aku mengagumimu. Senyuman yang tiada bisa aku lupakan dari ingatanku. "Hanya ingin orang tuaku bahagia dengan apa yang sudah aku dapatkan ?" Sekiranya jawaban itu yang kau berikan padaku. Jawaban yang umum namun terkesan mulia.

Ada banyak pelajaran yang aku dapatkan dari kamu. Tentang arti pentingnya keberadaan orang tua dimatamu. Betapa berartinya mereka dalam hidupmu. Kamu pernah ceritakan satu hal padaku. Bahwa kesuksesan seseorang pasti ada dua orang yang mendorong dan memberikan support dibelakangnya. Dan mereka adalah kedua orang tuamu yang tak pernah lelah memelukmu. Aku mengiyakan sikapmu mengedepankan orang tuamu. Setidaknya itu yang membuatku teramat kagum padamu. Dan kali ini aku menginginkan senyum kamu kembali.

Soal perdebatan tadi. Kenapa aku tak pernah ingin mengalah terhadapmu. Masa bodo dengan amarahmu yang telah merasa jengkel padaku. Kamu sudah terjebak dalam rencanaku. Ya, rencana yang sudah aku rancang sedemikian rupa. Rencanaku yang hanya ingin selalu bisa dekat dengan kamu. Dan hanya ingin melihat senyuman kamu dengan amarah kamu bertemu dalam satu raut wajah ayumu. Mungkin saat ini hanya itulah kebahagiaanku yang tiada tara.

Rabu, 11 Februari 2015

Yuk Belajar Ngeblog

Ternyata ngeblog itu begitu mengasyikan juga. Tempat buat menulis semua kegelisahan-kegelisahan hidup, canda tawa, mengerti kamu( wew ) dan tempat buat mendapatkan semua informasi-informasi penting yang bisa kita petik untuk dijadikan pembelajaran kita bersama. Terbukti dengan ngeblog, banyak dari mereka yang sukses berat. Sudah banyak contoh-contoh dari mereka. Kebanyakan dari mereka sudah membuat buku yang berjilid-jilid super tebel. Ada juga yang menjadi moderator. Atau syukur-syukur kalian bisa menjadi crew writer dalam cerita sebuah perfilman. Wah sungguh luar biasa sekali ya.

Awalnya buat gue menulis seperti ini memang sungguh amat sangat luar biasa sulit. Bayangkan saja, gue disuruh mengatur suku kata demi kata agar terlihat indah. Dengan literatur yang rapih. Mana gue bisa cuy. Namun seiring berjalan gue jadi lebih terbiasa. Menulis dengan apa adanya. Sesuai apa kata hati saja. Apalagi menulis tentang kamu yang aku kagumi, halah...!!!. Ya, apapun genre kalian dalam menulis blog itu tak jadi soal men. Yang jelas bagaimana cara anda mengekspresikan sebuah perasaan kedalam tulisan. Ngeblog memang sungguh luar biasa.

Walau memang pertama kali hingga saat ini pun masih jarang orang yang bertandang ke blog gue. Malah kebanyakan visitor dari blog gue ini ya hanya gue sendiri. Terkadang ada satu dua orang teman yang mampir sekedar menikmati. Dan gue bangga ketika mereka bilang blog gue bagus. Namun esok harinya mereka pun bakal melupakan blog gue dan lagi-lagi hanya ruang hampa yang tertera dalam situs kecil gue ini. Tak apalah, mungkin disini gue hanya ingin menumpahkan segala dari semua unek-unek perjalanan hidup gue. Ya walaupun khususnya hanya untuk gue pribadi. Ya syukur-syukur ada bonus dari para blog walking yang gak sengaja tersesat dan nyangsrang dimarih. Kalau sudah begitu sekalian ya nikmati blog gue yang apa adanya ini. Kalau cinta ya tinggal dilike. Kalau kurang berkenan ya mohon. Dimaafkan. Hehehe..!!!

Percaya deh sama gue kalau menulis itu bukan tertera dari bakat yang dimiliki. Namun dari adanya kemauan dan keinginan yang tinggi dari pelakunya. Pengalaman dari gue ngewalking-walking blog orang-orang yang sudah hebat sambil stalking-stalking mantan (nah loh..!!!). Banyak dari mereka yang awal dari mereka menulis itu benar-benar menunjukkan keamatirannya. Ya seperti kita sekarang ini lah. Namun sekarang mereka bisa sukses dengan segudang buku-buku best seller mereka. Nah sekarang gimana kita mengoptimalkan kemampuan kita sebisa mungkin. Bahkan gue bisa katakan salut kepada orang yang super sibuk dengan kegiatan dunia nyatanya. Namun tak sedikitpun skil menulisnya berkurang. Bahkan mereka bisa mengatur waktu untuk bisa berjalan dengan kegiatan mereka yang super padat tersebut.

Melihat dan mendengar dari semua itu bro. Jujur gue ngerasa ngiri bingitz. Rasa-rasanya pengen seperti apa yang mereka capai saat ini. Maka dari itu, sekarang gue mulai belajar dan mulai membiasakan untuk bisa ngeblok dengan pencapaian satu hari satu posting. Yang gue dedikasikan untuk gue sendiri saja. Hahaha...!!! Tentunya dengan tulisan-tulisan yang harus selalu gue perbaiki dari kekurangan yang ada. Dan tentunya harus berjalan dengan kegiatan-kegiatan lain yang super sibuk juga tentunya. Ya setidaknya walau tak ada yang menggubris. Gue bisa mengabadikan semua ini dalam memori diari gue untuk masa tua gue kelak. Keep sprit and enjoy blogging. Salam KW super. Hahaha...!!!

Selasa, 10 Februari 2015

Catatan Kecil

Semua note yang kamu tulis masih sering aku membacanya. Seakan tak pernah bosan aku menggali arti dari setiap kata yang kau tata. Berharap aku yang selalu kau tuangkan dalam catatan itu. Atau setidaknya kamu pernah mencantumkan aku sebagai subjek yang kau perbincangkan. Betapa terlalu pede aku berfikir seperti itu. Namun setidaknya aku pernah menjadi pelabuhan yang selalu kamu bicarakan seru bersama para sahabatmu itu. Sedikit yang ku dengar dari mereka. Walau sesungguhnya aku ingin menggalinya lebih lanjut. Namun, ketika kamu sebut namaku saja rasanya sudah cukup aku merasa senang dibuatnya.

Kamu yang sekarang memang sudah berubah. Kamu kini lebih bersifat dewasa. Mungkin karena masa-masa kuliahmu merubah karaktermu. Kehidupanmu kini kau arsiteki dengan baik. Setidaknya kau menukanginya dengan sistem yang kau ambil dari jurusan kuliahmu. Mungkin sekarang otakmu sudah berisi jutaan rumus dan ide-ide gila. Seperti kegilaanmu pada ilmu yang kamu tempuh. Kamu tak lagi menjadi seseorang yang aku kenal sebelumnya. Namun aku tetap bangga. Dari satu hal yang tak pernah bisa kamu merubahnya dari dirimu. Kamu masih terus mengejar impianmu yang sejak dulu kau tanam dalam hatimu.

Sekarang kamu telah menghilang bagai ditelan bumi. Sesekali aku merindukanmu. Merindukan note-note yang kau buat. Kamu menyimpannya didalam catatan akun sosialmu. Aku pengagum berat tulisan kamu. Hanya itu yang selalu aku tunggu disetiap malamku. Namun, semenjak kesibukan kuliah yang kamu jalani. Aku kehilangan note-note terbaikmu. Kamu meninggalkannya begitu saja. Seperti sudah terbengkalai. Tak lagi kamu menggubrisnya. Aku hanya bisa menghela nafas.

Mungkin ini pertanyaan bodoh yang aku lontarkan untukmu. Tentang keberadaanmu kini. Tentang filosofi note-note yang membuat aku dimabok kepayang. "Kamu dimana, Aku rindu kamu?." Tulus, namun memaksakan. Terakhir aku lihat kamu di sebuah undangan pesta pernikahan teman. Kamu tak banyak berucap. Hanya sepatah dua patah kata. Aku hanya memandangmu dari jauh. Kamu tak membawanya. Seseorang yang kini selalu ada disampingmu. Kamu belum pernah sekalipun membawanya disetiap momen berkumpul. Padahal aku ingin mengenalnya. Aku hanya ingin mengatakan sesuatu padanya. Aku hanya ingin katakan kalau dia sungguh sangat beruntung bisa memiliki kamu. Sungguh bodoh jika dia meninggalkanmu. Dan akulah orang pertama yang akan berada didepan untuk menghakiminya bila kamu telah terluka olehnya.

Kehilangan kamu memang sudah aku rasakan sekarang. Bayang-bayang kamu pun mulai pudar. Terkikis derasnya hujan. Terbawa angin laut yang menyampaikan kabar duka. Aku yakin kamu masih suka menulis. Jangan berhenti ya, walau masih saja kau simpan rapat-rapat didalam note pribadimu. Jika nanti kamu mulai menulis kembali. Maafkan aku bila menyadur semua note kamu. Karena, hanya cara itu aku bisa mengobati sedikit rindu. Rindu aku pada kamu dan note-note yang setiap saat menyayat hatiku.

Senin, 09 Februari 2015

Masa Lalu

Aku masih senang mengulas masa lalu. Rasanya tak pernah habis bahan cerita yang bakal aku karang. Aku terus menggalinya dimasa silam tersebut. Seperti menggali harta karun yang tertinggal. Dari masa kecilku, masuk sekolah, bahkan masa-masa dimana aku merasakan jatuh cinta pertama kali. Banyak asam manis yang selalu tersirat didalamnya. Selalu terkenang bahkan sudah di save dalam file tersendiri diotakku.

Aku kadang tersenyum sendiri membayangkan masa laluku yang penuh lika-liku. Ada sedih yang tersirat hingga sampai carut marut yang menyedihkan hati. Semua sudah terlewati begitu saja tanpa aku pernah tau kenapa aku harus menyia-nyiakan masa lalu yang penuh warna tersebut. Kadang aku sering berfikir, seandainya aku bisa kembali kemasa itu lagi. Aku mungkin tak merasa begitu susah menghadapi masa kini ku yang penuh rintangan menghadang didepan. Walau begitu waktu akan terus berputar. Dan rel kehidupan bakal terus aku telusuri tanpa bisa mundur kembali.

Terkadang banyak orang bilang seperti ini. " Yang lalu biarlah berlalu, sekarang fokus di masa kini untuk menyambut masa depan ". Atau banyak juga yang berkata seperti ini. " Sudah jangan mengingat masa lalu lagi, sekarang jalani saja yang ada ". Memang statement-statement diatas menunjukkan sikap yang tegas dalam menjalani hidup. Juga untuk melupakan masa lalu dalam hal kegagalan didalam kehidupan seseorang. Ada benarnya juga. Namun, tidak semua masa lalu adalah sebuah kegagalan. Ketika masa lalu itu memberi inspirasi buat kita. Atau ada sesuatu hal yang indah di masa lalu tersebut. Apa mesti kita harus melupakannya ? Tentu tidak bukan. Intinya lupakan masa lalu hanya untuk melupakan kegagalan-kegagalan yang terjadi dimasa lampau tersebut. Tidak dengan hal-hal manis yang pastinya bakal selalu terkenang di memory setiap orang.

Buat aku pribadi, masa lalu adalah satu pelajaran berharga untuk menuntun jalanku kini. Mereka seperti pengajar yang bisu. Banyak kesalahan dimasa lalu yang mestinya tak akan aku ulangi dimasa kini. Karena itu dia(masa lalu) akan selalu aku jadikan guru yang real. Walau terkadang masa lalu yang pahit membuat seseorang tak ingin mengingatnya kembali. Namun itu yang sebenarnya mereka pelajari dari setiap kesalahan yang berada dimasa lalu harus kita hindarkan dimasa kini. Bukan malah ingin melupakan dan menguburnya dalam-dalam. Jadi apapun itu masa lalu bukanlah satu momok yang menakutkan untuk kita pikirkan.

Malam ini aku memang masih tertahan dalam hayalan masa laluku. Tidak begitu indah memang, namun ada hal yang membuat aku selalu tersenyum sendiri memikirkannya. Dari aku yang culun, gila-gilaan, sedih, senang, gembira dan banyak lagi. Semua seakan terangkum dimemori. Padahal kantukku sudah berada diujung kelopak mata. Namun otakku yang ingin selalu mengulasnya membuat mataku tak ingin terpejam.

Aku selalu berfikir, mungkin akan aku tulis semua masa lalu aku yang bodoh dalam sebuah catatan kecil. Aku akan menggambarkan semua keadaanku ketika itu didalam catatan kecilku tersebut. Aku akan ceritakan sedetail mungkin. Karena kisah masa lalu ku pasti akan hilang dan terlupakan kelak. Namun catatan kecil itu akan mengabadikan semua kisahku. Jadi, jika aku tua nanti. Dalam baluran kursi goyangku. Dalam keadaan diriku yang rapuh. Dan disain rambutku yang memutih. Aku masih bisa tersenyum manis seperti sekarang ini. Saat aku membaca dan mengulang-ulang kembali kisah masa laluku dimasa senjaku kelak.

Minggu, 08 Februari 2015

Pemikiran Bocah Kalian Yang Ku Rindu

Tadi siang aku bertemu dengan sahabat lama. Karena sudah lama kami tak berjumpa, kami berbicara panjang lebar. Saling bercengkrama satu sama lain. Dan bertukar fikiran. Maklum karena aku dan mereka sudah sama-sama berumur cukup dewasa. Walau tak ada satupun dari kami yang berstatus menikah. Terkadang kami saling sindir menyindir tentang wanita. Aku katakan kalau aku belum punya pasangan yang bisa aku banggakan didepan mereka. Sedangkan mereka masing-masing telah memilikinya. Aku hanya tersenyum sipu ketika sesekali mereka menyindir aku. Ah, sudah biasa aku menghandle tentang perlakuan mereka padaku.

Aku senang bisa mengenal mereka. Ada saja hal yang bisa mereka lakukan untuk melupakan semua masalahku. Memang teman yang baik akan selalu ada diwaktu yang tepat. Mereka juga sering menyeka kemuramanku ketika aku dalam keadaan jatuh. Jika aku bersama mereka, kami seakan begitu solid. Bahkan kami bisa menaklukan dunia jika kami selalu bersama. Itu yang selalu jadi candaan kami ketika berkumpul. Dan setidaknya masa jaya kami dahulu adalah masa-masa kebrutalan yang selalu kami kedepankan untuk menuntut satu kebahagiaan yang kami ciptakan sendiri.

Terakhir kami berkumpul memang cukup sulit menerima perpisahan ketika gelar wisuda yang kami terima sudah berada dalam genggaman. Rasanya terlalu sulit untuk meninggalkan kebiasaan buruk kami berkumpul untuk mendapatkan satu kebahagiaan kecil. Walau dalam hati perjuangan kuliahku selama tiga tahun telah mencapai batas akhirnya. Namun tentu tidak semudah itu. Ketika kami telah lulus, saat-saat itulah ilmu yang telah kami gali akan diuji. Bahkan justru ini adalah permulaan dari ilmu yang direalisasikan di dalam dunia pekerja sesungguhnya. Dan sesaat topi toga ini telah disematkan, kami akan lebih giat lagi untuk mencari ilmu di dunia yang sesungguhnya.

Namun, terlepas dari semua itu. Kami sangat merindukan momen-momen untuk bisa berkumpul lagi seperti ini. Sungguh sangat jarang kami bisa mempunyai waktu lenggang yang sama. Disamping kesibukan-kesibukan yang super padat. Mengarungi kerasnya ibu kota. Dan momen baik ini yang akan selalu kami gunakan sebaik mungkin. Dari mengenang masa-masa kuliah dulu, masalah pasangan hidup dan lawan jenis, serta saling share tentang kehidupan juga bisnis-bisnis yang sudah mereka jalani. Terkadang mereka juga berbagi informasi-informasi penting. Dan itu yang menjadi motivasi aku untuk bisa bekerja lebih baik dan menggapai cita setinggi langit. Dan tentang sebuah persahabatan yang sempat vakum. Aku merindukan pemikiran bocah kalian. Karena tertawa terbahak-bahak dengan kalian adalah bukti rasa kerinduanku untuk selalu bercengkrama bersama mereka.

Jumat, 06 Februari 2015

Tak tau ingin apa ?

Kali ini aku benar-benar buntu. Tak ada inspirasi yang terlintas. "Tak tau ingin apa ?" Tak mengerti saat ini aku harus berbuat apa. Pekerjaanku yang semakin mendekati batas akhir. Dua bulan sebelum kerjaku diakhiri dengan masa kontrak. Kepalaku begitu pusing dibuatnya. Mungkin ini akan menjadi detik-detik masa baktiku pada perusahaan. Tempatku mencari nafkah 3 tahun terakhir ini. Waktu yang cepat berlalu. Tak membuatku serta merta ingin meninggalkan tempat yang menjadikan saksi diriku membanting tulang mencari rezeki. Tempatku dari berpeluh resah hingga merasakan isak bahagia. Aku masih tak tau harus kemana selanjutnya akan melangkah.

Sebenernya aku malas untuk mencari perkerjaan baru lagi. Mungkin karena mencari pekerjaan di jaman metropolitan seperti ini sungguh sangat sulit. Mungkin juga karena aku akan mendapatkan lingkungan yang baru. Mengeja situasi dari awal lagi. Perkenalan demi perjalanan akan aku lewati kembali. Belum lagi tanggung jawab baru yang mungkin bakal lebih besar yang aku tanggung dari pekerjaanku sebelumnya. Semua seakan selalu terlintas di pikiranku. Selalu membayangi dan menakut-nakuti aku. Seakan mental juang yang aku tanam dalam-dalam seketika ciut melanda. Semoga aku tak menyimpan momok menakutkan itu selamanya. Entah apa jadinya jika momok menakutkan itu selalu terlintas. Mungkin hanya bisa berkata "Tak tau ingin apa ?. "

Sebenarnya ada satu hal yang selalu terbayang dibenak. Tak lagi bekerja dan ingin berwirausaha. Keinginanku ini sempat terlintas dengan dorongan yang besar. Seakan ide ini menyeruak dan menjalar ke otakku. Memberi keyakinan yang tinggi untuk menjalani wirausaha. Walau terkadang sisi lain masih selalu memikirkan akan kegagalan dan sesuatu hal buruk yang terjadi kedepannya. Seketika dua pikiran yang berkecamuk di otak, sedang berkemelut dengan argumen-argumennya yang saling menjatuhkan. Tak ada solusi, hanya membuatku menjadi semakin buntu. Sekali lagi aku "Tak tau ingin apa ?. "

Yang bisa aku lakukan sekarang hanyalah bekerja sebaik-baiknya di sisa-sisa masa baktiku pada perusahaan. Pada sebuah perusahaan yang 3 tahun sebelumnya aku pilih sebagai pengais rezekiku. Dan kedepannya, semoga tanggung jawab yang aku beri bisa menjadikan hasil yang baik juga buatku. Aku hanya membayangkan ketika aku harus kalah dari perjuangan yang telah aku bangun. Walau terasa begitu lemah. Namun satu yang harus aku perjuangkan. Ketika pertanyaan "tak tau ingin apa ?" Akan aku jawab aku akan mengejar impian hingga setinggi-tingginya.

Rabu, 04 Februari 2015

Kamu Satu Tujuanku Kini

Tak pernah hentinya aku merindukanmu. Rasanya kamu adalah satu hal yang selalu aku bahas dalam diariku. Menjadi primadona dalam setiap malam malamku. Tak akan ada habisnya bila aku mengungkapkan siapa kamu, betapa begitu berartinya dirimu, beribu keindahan yang selalu aku rindui. Mengisi tiap-tiap hayalanku. Kamu laksana bidadari yang tak pernah lepas dari ingatanku. Selalu berpendar dan aku yang tak pernah ingin melepasnya.

Mencintai kamu dalam diam adalah caraku membagi rindu. Menaruh separuh ruang hatiku hanya untuk sepenggal namamu. Terlalu picik ya diriku. Mengorbankan hal lain yang mestinya harus dicanangkan di hati hanya untuk sebuah nama yang tak begitu istimewa bagi mereka. Namun, tidak halnya dengan cinta. Terkadang ketika seseorang sedang dilanda ritual klasik ini. Otak yang biasa berfikir realistis ini tidak lagi bisa diplomatis. Bahkan cinta yang sudah merasuk ke otak itu bakal menjadi candu. Hanya bisa diobati oleh kamu. Iya, kamu yang saat ini aku rindu senyumnya.

Suatu saat nanti, besar harapanku untuk bisa memilikimu sepenuhnya. Mernjagamu, tak lagi dalam diam. Tak lagi dengan memperhatikanmu dari balik tembok besar yang memisahkan kita. Dan bisa melihat senyum terbaikmu yang kau beri tulus memang hanya untuk aku. Aku memang tak pernah tau apa yang kamu pikirkan tentang cinta yang datang dalam harimu. Aku juga tak pernah paham rumus-rumus silabus yang kau cerna untuk melancarkan semua urusan-urusanmu. Biarlah aku mengagumi kamu secara rahasia. Karena hanya dengan perasaan yang teramat dalam ini padamu. Adalah sebuah pencarian arti kehidupan bagiku.

Namun, walau begitu aku tak akan mengganggumu sekarang. Seperti halnya kamu yang sudah merusak sebagian saraf otakku. Akan ku biarkan kamu menjadi dirimu apa adanya. Bahkan kau yang natural, sudah mengalahkan kecantikan artis-artis ternama di negeri ini. Begitulah penilaian sederhanaku. Karena sesederhana itu aku telah mencintaimu. Biarkan aku menikmatimu sendiri. Jika nanti aku diperkenankan denganmu. Aku janji, akan menjagamu sampai nanti semampuku. Karena kamu adalah salah satu tujuanku kini.

Senin, 02 Februari 2015

Rasa Cinta Pertama Hadir

Cinta tak pernah tau kapan akan hadir. bahkan dari setiap pertemuan yang tak pernah bisa kau sadari. Dalam pertemuan singkat, teman lama, atau bahkan orang yang tak pernah kau temui sebelumnya. hanya melihat wajahnya saja. Seketika saja dia menancap dihatimu. memasung jiwa jiwamu. merasuki pikiranmu. tak dimengerti memang cinta yang datang itu tak tau dari mana. Seketika ada feel yang dapat membuatmu tak berhenti memikirkannya. bahkan kau tak akan pernah bisa melewatkan sedikitpun berita terkecil tentang dia.

Kamu sadar, ketika kamu paham cinta ini sudah berada dihatimu. Seketika itu pula kamu berusaha untuk bisa menarik simpatik dia. Mencari cari simpatinya. Seperti misalnya memberi sinyal dalam status facebookmu. MeLike semua kegiatan dalam sosial medianya. Terkadang hal yang paling gokil sekalipun pasti akan kau jalankan. hanya tertuju pada satu. ya, hanya dia yang namanya sudah diberi bingkai dalam pikiranmu. Berharap apa yang telah kau lakukan bisa berkenan dihatinya. Bisa membuatnya merasakan hal yang sama seperti apa yang kau rasa saat ini. perasaan yang sudah dimabuk kepayang oleh cinta.

Walau terkadang, apa yang sudah kita lakukan. Semua akan sia-sia belaka jika dia tak merespon sedikitpun. Tak ada tanda-tanda dia mempunyai rasa sepertimu. Tentunya kamu akan kecewa. Hatimu teriris, membuat kamu akan berhenti mengharap. Menyerah dan mengalah dalam pasrah. Padahal kau tau hatimu masih menyimpan rasa harap yang sangat. Tapi rasa kecewamu mengalahkan segalanya. Sampai-sampai kau menjadi benci dan memutuskan untuk menyudahi pengharapanmu dengan rasa kecewamu yang dalam.

Ketika semua berakhir. Tanpa meneruskan lagi semua usahamu. Ketika itu pula kau merasa benci padanya. Bahkan bisa jadi kau menganggap dia sebagai orang yang paling sombong. Kau mulai membicarakannya pada teman-temanmu tentang kesombongannya. Menjadi bahan leluconan kalian. Namun tetap saja rasa cinta yang sudah menancap dihatimu tak kan bisa kau pisahkan dengan leluconan mereka. Tak sampai hati kau membicarakannya.

Kau dapat melakukan apa saja yang kau inginkan. Namun, ketika cinta kau permasalahkan dengan lelucon. Tak akan bisa membuatmu menggantikan patah hatimu. Dan sampai kapanpun dia akan tetap menjadi pengharapanmu. walau kau tak lagi segencar ketika pertama kau baru mencintainya.

Minggu, 01 Februari 2015

Patah Hati Masa Lalu

Memberanikan diri untuk chat dengan kamu itu hal yang sulit. Untuk memulai kata apa yang pantas aku kirim untuk kamu. Aku canggung, takut salah bicara sehingga membuat hatimu tergores. Aku memang tak pandai merangkai kata untuk kau nikmati. Sempat aku menulis "selamat malam" atau "hai" namun lagi lagi aku hapus. Berbagai rasa dan pertimbangan seperti berkemelut dihati. Satu sisi memaksa aku untuk berani dan sisi lain menyuruhku untuk sadar diri.

Kamu memang sangat istimewa. Buatku kau bukan orang yang pantas dipermainkan. Dan aku sungguh takut kamu berfikir kalau aku akan mempermainkanmu. Aku tak sepicik itu. Memang dulu aku merasa sungguh sangat bersalah tak memahamimu. Aku lebih memilih dia dibanding kamu. Ketika kau tunjukkan simpatikmu hanya untuk membuat aku paham. Ya, buat aku paham kalau kamu pernah mengharapkan aku. Namun kali ini aku sadar, kamu memang yang terbaik. Seperti yang aku bilang tadi, kamu sungguh istimewa. Dan sekarang aku sadar. Kamu yang sekarang pun bukan seperti kamu yang dulu lagi. Kali ini aku harus memperjuangkan kamu. Aku yang harus terus mengejar kamu. Meyakinkan kamu agar kamu mengerti hal yang dulu pernah terjadi adalah kesalahan fatal ku. Dan aku merasakan apa yang kamu rasakan dulu. Begitu terasa pahit.

Aku sadar, masa lalu itu yang membuatku terpagu untuk mengucap satu kata pun padamu. Rasa yang sukar. Seiring waktu mungkin rasa cintamu padaku semakin pudar. Buatku itu tak jadi persoalan. Yang jelas, bagaimana caraku untuk bisa bercengkrama denganmu kembali. Bercerita tentang hal yang paling kita sukai. Tanpa rasa canggung. Walau rasamu mungkin sudah berbeda. Aku akan tetap memperjuangkan kamu. Memperjuangkan hatimu yang tertutup pilu. Pilu patah hati yang telah aku buat. Maaf, aku telah melalaikan kamu. Dan kali ini, aku hanya bisa melihat kamu dari jauh. Berharap keajaiban hadir. Dan harapan kecilku, semoga kau memaafkan aku dari rasa patah hatimu itu.