Kamis, 13 Juli 2017

Adalah Kamu

Tak ada lagi yang ingin aku tulis. Tak ada lagi yang ingin aku bicarakan. Aku menyerah. Nyatanya aku telah kalah. Faktanya kamu telah pergi. Telah memilih hati yang lain untuk kamu singgahi.

Kamu, sering kali terlintas diotakku. Kamu, yang senyumnya menyelimuti semangatku. Entah berapa lama lagi aku menunggu hingga aku malas berkata-kata. Aku bukan batu yang bisa bertahan sepanjang waktu. Aku butuh kamu, namun aku tak berharap kamu membelah hati. Menduakan perasaanmu.

Kemarin cinta ini menggebu. Karenamu, aku rela menanti pagi. Menanti hari-hari yang menjenuhkan. Hanya untuk berharap sejenak kamu memalingkan wajah. Menghadirkan senyum. Meski setelah itu kamu berlalu. Kembali bersama seseorang yang kini berada di sebelahmu. Sesaat itu pula hatiku lebam berserakan bersama senyummu.

Kamu, hal yang ingin aku perjuangkan. Tapi, kamu juga yang membuatku ingin menyerah. Dia amat mencintaimu. Dia amat erat menggenggammu. Dia amat beruntung meski aku masih menganggapnya curang. Karena aku terlambat hadir. Sekarang, meski aku telah menyerah, aku masih menyelipkan doa yang pernah kita bicarakan bersama. Adalah kamu sebagai topik pembicaraanku pada Tuhan untuk seseorang yang selalu aku harapkan.