Minggu, 19 Juli 2015

Sendiri Dalam Perenungan

Terkadang aku harus menikmati sendiri kehidupan yang ku jalani. Tanpa perihal cinta. Tanpa keengganan untuk saling memiliki. Jubah berat yang aku kenakan tersebut teramat berat tersemat dipunggungku. Karena itu aku meninggalkannya sesaat. Mencoba menghirup udara sendiri tanpa harus dituntun oleh pendamping yang acap kali hadir. Mungkin karena terlalu lelahnya hati menghadirkan seseorang yang mengemban misi khusus untuk saling mencintai satu sama lain.

Semua pasti ada prosesnya. Dimana titik jemu seseorang mengalami masa-masa begitu malasnya membahas cinta. Mengartikan ungkapan-ungkapan kata yang sering kali menghadirkan luka. Karena sendiri adalah waktu jeda yang tepat untuk mengingat kembali masa lalu yang salah dan mencoba untuk memperbaikinya kembali. Kita pernah melukai dalam sadar maupun tidak. Dari hati yang terluka adalah sebuah kegagalan. Ketika hubungan tak lagi bisa berjalan dengan mulus.

Bila saja kesendirian ini bisa mengubah pola pikirku menjadi lebij bijak. Membuat aku menjadi seorang yang lebih humanis. Aku ikhlas, dan aku akan merenungkannya matang-matang. Mencoba menutup keburukan-keburukan dimasa lampau dan mengubahnya menjadi seorang yang lebih arif lagi. Perenungan kehidupan memang perlu. Sebagai wujud rasa prihatin terhadap diri. Bisa merubah sikap yang salah. Bahkan bila perlu kau menangislah. Karena setiap manusia butuh air mata untuk mengusap luka. Mengobati rindu dan dilema. Karena air mata adalah perwujudan rasa bersalah yang dalam. Seburuk apapun kamu.

Aku mencoba merubah stigma pikirku dalam kesendirian. Merenungkan segala hal. Termasuk dalam aspek cinta. Sebelum aku membuka hati untuk orang yang baru. Cinta itu memang terlalu rumit. Namun sejujurnya, aku tak pernah bisa seutuhnya tanpa ia. Karena hati yang kosong sesaat dan merenungkannya. Akan menghadirkan cinta baru dengan konsep yang baru. Membuat seseorang menjadi lebih bijak dalam memilih.

Kamis, 16 Juli 2015

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1436H

Banyak hal yang kita sayangkan dari kepergian bulan yang penuh rahmat dan ampunan ini. Kita patut bersedih karena ia telah hampir berlalu. Karena ia telah sedikit demi sedikit memperbaiki sifat, akhlak, prilaku, dan bahkan banyak amalan yang bisa kita gali dengan pahala yang berlipat-lipat ganda tentunya.

Ramadhan juga telah mengajarkan kita arti dari kebersamaan, indahnya saling berbagi, serta ikut merasakan apa yang sering dirasakan oleh orang-orang fakir dan miskin. Seharusnya kita bersyukur dengan apa yang telah kita miliki saat ini. Masih banya orang diluar sana yang mungkin kehidupannya sangatlah sulit dari kehidupan kita. Banyak pula orang yang memandang kita iri karena apa yang kita punya. Harusnya hal itu yang menjadi patokan tolak ukur kita untuk selalu mensyukuri nikmat Tuhan yang telah diberikan pada kita.

Ramadhan ini begitu hikmat. Ada hal manis di setiap cerita ramadhan yang aku jalani. Setidaknya aku bersyukur Allah telah memberikan aku kesempatan untuk bisa menjalaninya dengan full. Dan doa yang selalu aku munajatkan adalah semoga kita semua bisa dihadirkan kembali di bulan yang penuh rahmat ini lagi, di bulan ramadhan-ramadhan selanjutnya. Terima kasih Ya Rabb, Ya Allah, Tuhan semesta alam.

Aku hanya bisa mengucapkan beribu maaf di hari kemenangan seluruh umat muslim ini. Semoga amal dan perbuatan baik kita diterima oleh Allah swt.

HAPPY EID MUBARROK 1436H
Selamat Hari Raya Idul Fitri 1436H

Taqoballahu Minna Waminkum. Taqobal ya kareem.

Minal 'aidin wal faizin.
Mohon maaf lahir dan bathin.

Selasa, 14 Juli 2015

Jangan Pernah Takut Untuk Jatuh Cinta Kembali

Banyak pelajaran dari suatu hubungan yang sudah tidak bisa dipertahankan. Bahwasannya perpisahan bukanlah akhir dari perjalanan cinta. Sesungguhnya cinta yang telah terluka akan lebih menguat disaat menemukan sesuatu yang baru. Karena cinta lama yang telah terluka membuat kita tak akan jatuh pada lubang yang sama. Cinta bahkan lebih bisa berhati-hati dan bisa lebih memahami dari kisah masa lalu yang kelam. Dia menguat seribu kali lipat lebih optimis mencoba peruntungan pada hal yang lain. Meski bayang-bayang luka menemani. Justru sumber kekuatan cinta adalah rasa sakit dalam kegagalannya dimasa lalu.

Cinta bukan hanya perihal rasa. Cinta juga bukan pula puisi-puisi indah yang dilantunkan dalam romansa klasik. Namun cinta adalah pengorbanan. Dimana kita menahan rasa ego yang tinggi. Karena cinta adalah memahami. Mengerti pasangan tanpa harus memaksa. Saling berdiskusi. Dari rasa toleransi cinta yang tumbuh dan berkembang.

Terkadang, seseorang yang pernah terluka membuatnya takut untuk kembali jatuh cinta. Mereka lebih memilih memendam rasa dibanding dengan mengawalinya kembali. Bahkan setelah rasa yang telah mati. Mereka lebih cenderung pasif dan dingin pada cinta. Namun ketahuilah, cinta tak sepicik yang kau pikirkan. Kau juga tak boleh memvonis cinta hanya karena dari satu sisi yang telah lama melukai hatimu. Bahwa sesungguhnya orang baru yang menjadi pendampingmu kelak bukanlah orang yang sama. Karena mereka mempunyai caranya yang berbeda memaknai rasa. Aku yakin, cinta yang hadir setelah luka akan lebih terlihat rapih dan menyenangkan ketimbang kau menahan diri dalam bisu. Nikmatilah sebentar. Jika kau telah merasakannya kau pasti akan melupakan luka yang dulu kau dera. Percayalah.

Jangan takut menjalani cinta baru yang kini kau hadapi. Yakinkan pada diri bahwa seseorang yang lain yang telah hadir dihadapanmu adalah seseorang yang akan membahagiakanmu kelak. Karena cinta tak mengenal putus asa. Cinta memang tak pernah sempurna. Cinta juga penuh ancaman pada luka yang dalam dan patah hati. Namun ketahuilah, ketika kalian sudah saling memahami. Ketika itu pula kau telah merubah stigma cinta yang penuh luka menjadi lebih indah dan sempurna.

Kamis, 09 Juli 2015

Cinta Membuat Hidup Sempurna

Cinta itu hadir kembali. Mulai menyusun ulang kisah-kisah yang telah patah. Membangun pazzle yang terpecah entah kemana. Cinta yang aku muat ulang menceritakan masa-masa bahagia, resah, hingga merindu yang pekat. Sampai-sampai tak akan pernah aku memperdulikan patah hati yang pernah ku derita. Yang membawaku kedalam keluh yang berkepanjangan.

Memang lucu. Cinta yang hadir tak pernah membawa irama luka yang lama. Cinta yang tulus mengubah stigma luka yang amat teramat sakit disulapnya menjadi taman nirwana. Meski sesekali pernah terluka, indah yang di tawarkan tak kalahnya begitu mempesona. Aku tak pernah lelah mengarunginya. Meski bahaya luka telah menguntit aku tepat diujung pundakku. Meski patah hati telah bersiap-siap memaikan kembali perannya.

Aku percaya, meski aku tak pernah sepenuhnya yakin bahwa aku masih menyimpan sejuta cinta yang telah kau bawa hilang. Aku pun percaya, bahwa tak sepenuhnya cintamu hilang ditelan kemuraman. Bahwa yang kau derita adalah sebuah proses pendewasaan. Dimana cinta yang seenaknya datang dan pergi tanpa pamit itu akan berakhir mempesona. Percayalah.

Jangan persalahkan cinta yang selalu saja mengusik kehidupanmu. Jangan menghardiknya seperti pengemis muda yang sehat walafiat namun pemalas itu. Meski cinta membawa luka. Meski cinta menawarkan patah hati yang amat sangat. Namun pahamilah, cinta mewarnai kehidupanmu menjadi pribadi yang selalu tersenyum. Dan menempatkan kamu menjadi seseorang yang sempurna karena telah merasakannya.

Senin, 06 Juli 2015

Terima Kasih, Kita Telah Saling Melupakan

Kita berusaha saling melupakan. Sejak kau mulai mengahui tentang aku, kini kau mulai menyesuaikan diri untuk menjauh dariku. Perlahan kau bohongi perasaan yang kau tamam hanya demi menyembuhkan luka. Mungkin kita memang sudah terlanjur terluka. Kita telah sama-sama dihadiri patah hati. Yang aku tahu kamu menyembuhkan hatimu dengan cerdik. Sedangkan aku ? Masih termenung mencoba mengubah pikiran yang sedari kemarin menyelimuti bayangmu.

Kita berusaha menjauh. Walau hati kita telah saling dekat. Sedekat hangatnya pelukan. Meski tak pernah sebanding dengan jarak yang memisahkan kita. terbelah dua provinsi yang berbeda membuat aku selalu merindukan kamu. Merindukan chat-chat kita yang tak pernah jelas. Aku masih ingin menyapamu. Sekedar untuk menanyakan kabar. Namun aku selalu kembali ingat. Kita tak mungkin bersama dan kita sama-sama telah berusaha saling menjauh.

Kemungkinan saja aku masih menghadirkan kamu. Melalui lagu yang mengalun, lagu yang kau beri sewaktu kita masih bersama. Lagu yang kau sisipkan disaat aku mulai mengenal kamu. Dengan lagu itu, aku paham bahwa aku telah mencinta. Karena menurutku menghadirkan cinta di hati ini cukuplah sulit. Sebab aku masih sering terpaku oleh masa lalu. Terganjal rindu-rindu seseorang yang lama. Dengan mudah kau curi semua itu. Kau curi perhatianku padanya hanya untukmu.

Meski kali ini kita hadir kembali bersama luka. Meski ditanganku telah terbecik darah yang kau hujam. mungkin juga sebaliknya. Walau hanya sesaat, Kamu menghadirkan rasa baru yang selalu aku hargai. Kau menghidupkan hati yang telah lama mati. Kau juga yang menenangkan disaat aku butuh sosok yang menghangatkan. Memang, aku hanya menganggapmu sebagai stranger yang mengubah sedikit hari-hariku. Dan kau pun menganggapku hanya sebagai pelarian yang sempurna. Namun, keadaan kita kemarin sama-sama membutuhkan. Setidaknya untuk memperbaiki keadaan yang rumit. Aku paham semestinya harus ada ucapan kata Terima Kasih yang mesti terlontar. Dan aku bersyukur bisa menemukan kamu walau hanya seumur jagung. Karena kamulah, Aku bisa merasakan kembali kehangatan yang kamu berikan. Terima kasih.

Rabu, 01 Juli 2015

Belajar Dewasa 2

Aku masih ingin mengenangmu. Seperti dulu kita masih saling bertegur sapa. Menanti kabar. Mencari tahu seluk beluk tentang kamu. Rasanya, aku tak akan lupa hari itu. Hari dimana aku dihantui dengan cinta yang menggebu. Dihantui dengan rasa mabuk yang paling kepayang. Jangankan untuk meninggalkannya, untuk sedikit terlupa saja mungkin terlalu sulit.

Mengenang kamu adalah bagian dari sumber inspirasi yang aku jaga. Kamu lah subjek yang paling realita. Yang selalu akan aku kagumi. Apa kau masih mengingat satu catatan yang sama. Tentang belajar dewasa yang kau buat dengan seksama. Ketika itu aku mengagumi tulisan yang kau karang itu. Aku sempat berkomentar dan kau menanggapinya dengan ramah. Keramahan yang kau cipta itu justru membuat aku ingin menuliskan satu hal padamu. Kelak aku akan memberikan judul yang sama dengan apa yang kau cipta. Ini hanya sebagai parsial. Walau aku tak sepenuhnya tahu apa kau menyukainya atau tidak.

Aku tahu kini kau berada dijalur menuju cita-cita yang kau pilih. Pasti kau begitu bersemangat menjalaninya. Sampai-sampai kau terlihat begitu sibuk dengan urusanmu itu. Walau kabar yang aku dengar hanyalah sebuah kabar burung. Namun aku tetap kagum denganmu. Meski cukup berat. Kau pasti dapatkan apa yang kau impikan selama ini. Sebagai seorang sahabat yang diam-diam mengagumimu. Aku hanya bisa mendukung dari belakang. Tentunya sambil menikmati kamu dari titik persembunyin yang aku tempati sekarang.

Walaupun sibuk yang terus melanda kamu. Aku masih selalu merasa takjub. Kamu masih tetap istiqomah. Masih menjadi wanita yang baik dengan menjaga seluruh tubuhmu. Walau kini kita tak lagi berada dalam satu majlis. Semoga kau dapatkan seseorang yang terbaik yang akan mendampingimu hingga kemasa rambut kita telah memutih. Itu saja doa kecilku.


Dan ini balasan yang mungkin pernah kau lantunkan dalam tulisan belajar dewasa yang kau buat... 


Mungkin malam itu jahanam...
Mungkin pagi itu terasa begitu bersahaja...
Memikirkan itu memang tak penting. Seperti mendera penyakit yang tak mungkin terobati...
Merasakan malam tanpa merasakan jahanamnya, takkan sempurna...
Merasakan angin yang terkuak dari balik jendela, Hilir mudik tak jua tahu kiblatnya...
Berbekal sebuah kutipan dari seorang sahabat yang terkasihi, Syindrom yang harus diyakini...

...
Senyum...
Semua ada masanya...