Rabu, 13 April 2016

Perempuan Hujan


Sering aku dengar dari mereka. Tentang perempuan hujan. Tentang seseorang yang bersembunyi dibalik jendela itu. Mendengarkan alunan rintiknya. Bercerita bersama mendung. Saat awan yang tak lagi terlihat. Mencari-cari senyum yang tak lagi nampak. Sesekali matanya pun tak luput menderas. Merenungkan semua yang terjadi.

Buatku tak mengapa. Biarkan hujan menyapa sendumu itu. Menemani kelut kesah yang tak kunjung padam. Karena hujan deras yang datang melalui sela-sela jendela kamarmu itu menenangkan. Hujan yang membasahi pelataran menyibakkan aroma yang khas. Aroma kesedihan yang telah berhasil terluapkan. Juga dengan jendela yang terlanjur berembun. Yang sesekali kau gores perlahan membentuk sebuah nama yang tak asing untuk kau eja.

Perempuan hujan yang menyibakkan payungnya di pelataran kios-kios lusuh. Menebarkan rindu yang dalam. Mengembalikan pandangan pada masa-masa silam. Tentang cinta yang sering terganjal. Tentang rasa yang terkucilkan. Perempuan hujan masih tetap bertahan dengan senyumnya yang setengah palsu. Payung yang ia pakai sedari tadi tak menghalangi laju pikirnya dimasa lalu. Menanti hadirnya harapan-harapan esok yang lebih baik. Harapan kepada seseorang yang dinantinya diujung jalan.

Perempuan hujan, Kau kesempurnaan yang Tuhan anugerahkan kepada kami. Kau terlihat murung. Namun pastinya kau masih menyisakan perumpamaan yang paling romantis. Menghadirkan cinta yang lebih otentik. Diantara rintik air  yang penuh drama. Semoga kau bisa mendapatkan sesuatu yang kau harapkan kelak. Karena doa yang kau panjatkan di dalam hujan yang deras akan merubah segalanya menjadi lebih indah. Kau lah perempuan hujan yang sekuat hati meski masih saja selalu tersakiti. Bertahanlah dan tetaplah menjadi perempuan hujan yang selalu dinanti bumi.

Rabu, 06 April 2016

Secuil Sepi Pencipta Gadis Yang Tangguh

Ini surat pertama yang aku buat. Jangan Kau tanyakan untuk siapa. Jangan kau perkarakan buruknya. Karena aku pastikan semua tulisan ini aku tujukan padamu. Tentang Rindu yang selama ini sempat hilang. Tentang masa-masa dimana kita masih bersama dulu. Tentang tulisan secuil sepi yang kau goreskan dengan begitu lirih.

Kamu pasti sedih, Kamu pasti sangat amat kecewa padaku. Setelah sekian lama aku menghilang. Dan sekian lama itu pula aku sedang mencari mimpi lain diluar sana. Aku tahu kamu pasti selalu ingin mempertanyakan dengan siapa aku kini. Siapa yang saat ini sedang berdiri tepat disebelahku. Dan pasti itu adalah salah satu hal yang paling membuatmu kecewa kepadaku.

Aku terenyuh membaca semua karya ciptamu. Hingga rindu mengelilingi seluruh pundakku kembali. Begitu dramatis, seperti begitu jauh dari bayanganku menerawang tentang si penyuka loly. Dahulu kau periang. Wanita galak yang membuatku tesenyum setiap malam. Kini, Kamu hanya seorang wanita kecil yang selalu bersitegang dengan rindu. Bergelut dengan perasaan yang begitu dalam. Dan berteman dengan "Secuil Sepi" seperti tulisan yang kau utarakan itu. Maaf karena aku kau merasakan semuanya. Sekali lagi aku mohon maaf kepadamu.

Hey, Gadis penyuka loly yang dahulu aku kenal. Sesekali rinduilah aku sebagai masalalumu yang silam. Menangislah sekuat mungkin. Setelah itu beranjaklah. Berdirilah dari pembaringanmu ditengah belukar berduri. Semua itu akan menyakitkanmu berlarut-larut. Aku tak ingin kamu jatuh dan terluka terus-menerus. Aku ingin kamu bangkit dari semuanya. Karena aku percaya kamu orang yang amat tangguh. Jalanilah dengan tenang. Suatu saat nanti, Akan ada seseorang yang hadir menemanimu dalam suka dan duka. Tentunya ia lebih baik dari aku. Percayalah, Meski aku terlihat begitu baik-baik saja. dibalik itu aku mengagumi semua kekuatan yang kau punya. Terima kasih, Karena kau pernah menjadi bagian dihidupku. Hingga menjadi bagian di secuil sepimu kini.