Kamis, 04 Desember 2014

Kisah Long Apari desa di ujung hulu kalimantan timur

Ini kisah salah satu anak negeri yang berada di ujung utara indonesia. Ini kisah long apari cuy. Ya kisah tentang desa yang berada diujung hulu indonesia dalam wilayah kalimantan timur perbatasan persis dengan serawak malaysia itu sedang merasakan dilema. Desa yang selalu merasa dikucilkan oleh pemerintah pusat dalam masalah pembangunan infrastruktur yang benar benar sangat kurang memadai. Membuat long apari mulai bicara banyak.


Wilayah yang yang terdiri dari 10 kelurahan itu memang terbentur masalah transfortasi yang amat sulit untuk menuju kekota. Tak adanya jalur darat yang membuat seluruh warga harus memaksa menakai jalur sungai sebagai satu-satunya sarana yang bisa dilakukan. Hal ini menjadi teramat sulit ketika kemarau itu datang. Air sungai yang surut hingga ketinggal hanya mencapai 1,5 meter saja membuat sulit kapal kapal untuk beroprasi. Terlebih banyak jalur sungai yang curam bak seperti riam yang siap mengoyak kapal sewaktu waktu. Warga harus mengeluarkan kocek hingga 2 juta rupiah hanya untuk belanja ke kota. Tergantung dari keadaan air sungai yang akan ditempuh. Waw fantastis mahalnya. Belum lagi dengan terputusnya alat komunikasi. Tak ada jaringan telepon. Sebenarnya tower pemancar sinyal sudah dibangun tahun 2012 silam. Namun dibiarkan begitu saja tanpa jelas kepastiannya. Seperti sampah yang berdiri tegak. "Hp kami punya, hanya untuk pamer dan mendengarkan lagu." Ungkap sebagian warga.

Kesulitan itu membuat perekonomian di desa long apari menjadi tumpang tinggi. Harga harga naik selangit. Untuk harga beras pak 25 kg mencapai hingga 600 ribu rupiah. Sedangkan untuk bbm jenis premium mencapai 35 ribi rupiah tak sebanding dengan harga dalam perkotaan yang baru saja naik 8500 rupiah. 

Kecenderungan kesusahan itu yang membuat warga mulai merasa dikucilkan oleh indonesia. Berbagai cara untuk meminta pembangunan infrastruktur untuk alat transportasi darat sudah di sampaikan kepada pemerintahan daerah bahkan pusat. Namun, seperti tak ada hal yang membuat pemerintah bergeming. Bahkan, tawaran justru datang dari negara tetangga yang selalu merayu dan mengiming imingi akan membangun infrastruktur dan kehidupan yang layak untuk desa seperti di negerinya serawak. Ya, malaysia selalu bernegosiasi dengan warga. Niscaya membuat warga geram kepada pemerintah, juga mengungkapkan " jika tak ada jalur yang hendak di bangun kami akan mengibarkan bendera malaysia " ungkap kepala desa.

Namun karena rasa hormat dan menghargai kepada NKRI warga long apari masih bertahan. Semoga indonesia mau mendengar curhatan anak negeri dari ujung utara tersebut. Semoga kasih sayang negeri diberikan secara merata, termasuk mereka yang sedang mengalami sulitnya untuk menjalani hidup. Semoga ya cuy. Amien..


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar kamu adalah harapan masa depan ku, Sadapppp :D