Kamis, 28 September 2017

Cintai Aku Sesederhana Mungkin

Ketika kamu hadir, Entah kenapa aku sebahagia ini. Kamu tahu istilah menyeruput kopi hangat dipagi hari dan ditemani roti yang sesekali aku lahap habis untuk sarapanku. Sesederhana itu pula aku menamaimu. Sesederhana lelucon-lelucon kecil yang sering kita bicarakan. Kamu merubah cara pikirku. Yang sesekali terlintas dan enggan untuk beranjak. Yang sesekali hadir untuk mengusik. Untuk sekedar mengingatmu.

Aku sering berfikir tentang kita. Tentang bagaimana kita bisa menyatukan dua hati yang berbeda. Tentang bagaimana aku menjaga tatapan tanpa ada jeda. Terus timbul sebuah pertanyaan. Apa kita bisa bersama. Apa kita bisa melewatinya. Dan dua hal yang terfikir dariku. Pertama, Aku tak pernah yakin bisa. Aku yang tak sempurna mendapatkan kamu yang terlanjur istimewa. Seistimewa surga yang didambakannya. Dan yang kedua, Bagiku ini adalah sebuah petualangan panjang yang berujung di kamu dan aku nyatakan aku telah siap menerima. Dua hal yang sungguh bertolak belakang.

Pertemuan kita memang belum panjang. Belum bisa dikatakan sebuah kenangan. Namun aku telah jatuh cinta. Dengan seseorang yang belum pernah aku tahu asal usulnya. Biarkan rasa ini tumbuh dengan liar. Biarkan menjalar. Setelah itu, kita mulai paham artinya merindu. Kita mulai disesaki perasaan ingin bertemu. Dan mengenang pertemuan pertama kita yang sesungguhnya biasa saja. Pertemuan yang tak pernah direncanakan sebelumnya. hingga menjadi sebuah kenangan yang sesekali mencuat di ingatan.

Aku tak pernah berharap apapun darimu. Dan aku tak akan merubah apapun dari kehidupanmu. Biarkan kamu menjadi sebagaimana mestinya. Jadilah dirimu sendiri. Karena aku tak akan menuntut apapun darimu. Aku hanya punya satu keinginan. Cintai aku sesederhana mungkin. Sesederhana kopi dipagi hari. Yang hadirnya selalu menghangatkan disetiap awal hari-hariku.