Senin, 10 Desember 2018

Jika Itu Terjadi, Pasti Manis 😊

Bicara soal cinta itu memang tak kan pernah ada habisnya. Meski seratus kali di abaikan namun perasaan masih tetap sama. Masih berharap pada satu hati disana. Aku paham, memilikimu itu hal yang mustahil sekarang. Karena bukan prinsipku untuk merebut kamu dari orang yang berada di sampingmu sekarang.

Tapi kamu perlu tahu. Merubah perasaan yang sudah terlanjur sayang itu sulit. Bahkan aku masih berharap padamu. Masih terus terselip namamu di nadiku. Aku juga pernah membayangkan kita akan bersanding disebuah pelaminan. Menjalani hidup bersama. Hingga membesarkan peri kecil yang dianugerahkan Tuhan untuk kita. Sungguh, jika itu terjadi rasanya pasti manis.

Bukan cuma itu. Aku juga punya mimpi untuk membawamu ketempat yang paling kamu sukai. Aku punya mimpi untuk membawamu ke kota yang paling romantis sedunia. Seperti yang pernah aku tulis sebelumnya. Paris kota sejuta cinta. Aku membayangkan akan menggandeng tangan kamu erat sebagai penawar dinginnya kota. Aku akan tunjukan pada dunia bahwa ada kamu yang selalu ada disamping aku. Sungguh, jika itu terjadi rasanya pasti manis.

Atau jika kamu menyukai alam, aku mungkin akan mengajak kamu untuk mendaki gunung. Ya aku tak pernah tahu apa kamu suka atau tidak mendaki gunung. Seperti yang aku tuliskan sebelumnya juga di jika aku seorang pendaki gunung. Tenang, aku tak akan memaksamu jika kamu tak suka mendaki. Ketempat yang lain asal itu bersama kamu aku pastikan aku akan tetap merasa bahagia.

Itu caraku menawarkan diri untuk mendampingi kamu. Aku tak akan memaksa karena aku tahu kamu masih punya komitmen dengan seseorang Disana. Tapi, jika kamu merasa lelah dengan semuanya. Datanglah padaku, pintu hati ini masih sangat terbuka lebar. Selebar mimpi-mimpi yang telah aku bangun hanya untuk kamu.

Jumat, 09 November 2018

Antara Jakarta, Macet, dan Kamu

Macet. Namanya juga jakarta. Kota dengan sejuta kendaraan yang melintas berlalu lalang tiada henti ini menimbulkan sekelumit kisah dari para pengendara. Hingar bingar klakson, Pengendara yang tak mau mengalah, Hingga sampai melanggar semua peraturan lalu-lintas yang telah dibuat. Membuat semuanya kacau balau, juga emosi yang terkadang meluap-luap. Terlebih sore tadi, hujan telah mengguyur deras kota ini. Membuat jalanan semakin macet tak karuan. Tak terkecuali dengan aku. Berkendara ditengah kemacetan seperti ini terkadang membuat darah naik. Namun tidak untuk kali ini.

Adalah kamu, penawar emosi yang paling mujarab. Penurun tensi yang paling manjur. Ya cuma kamu yang membuat perasaanku tenang ditengah macetnya kota. Berdua denganmu, menyusuri jalan menggunakan sepeda motor sambil bercengkrama adalah hal yang paling menggemaskan. Kenapa menggemaskan, akan aku beri tahu padamu. Pertama, Ada kehangatan yang tepancar dari tubuhmu. Membuat udara dingin di malam hari yang teramat jahat kala itu tak berdaya sedikitpun. Kedua, Perasaan senang, karena aku tahu, aku jarang sekali bisa dapat moment terbaik untuk bisa jalan bersamamu. Dan yang terakhir, Biarkan aku merasakan kebahagian ini ketika aku tahu arti senyummu itu yang sedikit banyak mendesirkan perasaan aneh dihati. Perasaan ingin  terus menerus bersamamu seutuhnya.

Aku memang terlalu berharap lebih. Padahal aku belum tahu siapa kamu. Dan, apa hak aku untuk bisa memasuki kehidupanmu. Sementara kamu masih dimiliki seseorang yang begitu teramat sayang kepadamu. Dia yang setiap saat menanti kabar darimu. Aku hanya ingin meminta maaf padamu jika memang kedekatanku padamu menimbulkan rasa risih. Aku juga minta maaf jika dengan kehadiranku sekarang membuat hubunganmu dengannya sedikit terganggu. Tapi aku janji kok, Selama dia masih berada dipelukanmu, aku tak akan pernah sedikitpun memintamu untuk berpaling. Percayalah.

Tapi, aku masih boleh kan berteman denganmu. Hanya untuk sekedar melihat senyum kamu. Melihat tawamu. Karena senyum itu pernah menjadi sumber inspirasiku. Sumber kekuatan dari rasa lelahku. Dan membuatku selalu tenang meski aku berada dalam kemacetan yang menyesakkan. Juga rasa nyaman saat aku menunggu dari lelahnya pengharapan.

Minggu, 27 Mei 2018

Setelah Pertemuan Kedua

Aku menemuimu. Jauh setelah pertama kita bertemu beberapa tahun lalu. Dipertemuan pertama dulu aku memang  belum mengenalmu. Namun, Kamu tau apa yang aku rasa sekarang. Aku terjebak didalam senyum kamu. Terbawa euforia kehidupan kamu. Aku rasa cukup sulit menjelaskan semuanya.

Didalam pertemuan kemarin, tujuan ku hanya ingin memandangi wajahnya. Melihat senyumnya mengembang. Aku tahu kenikmatan mana lagi yang harus aku ambil. Nyatanya sekarang aku tersesat dikamu. Aku tak bisa mengikiskan pikiranku tentangmu.

Saat kamu berbicara. Kau mulai menceritakan tentang kehidupan mu. Membuatku ingin lebih dalam mengenal kamu. Bahkan, rasanya aku ingin berada didekat mu. Mendampingi untuk menjalani sisa kehidupan bersama. Aku yakin meski aku tak akan bisa merubah suasana setidaknya aku bisa menyelipkan tawa dalam hidupmu. Membuat hidupmu selalu dengan senyum sumringah. Senyum yang menyesatkan aku.

Keinginanku cukup lah besar. Memiliki kamu. Meski cukup sulit, aku rasa aku siap berjuang. Aku siap memberikan tawaran yang membuat kamu senang. Yang membuat kamu memilih aku dengan tenang tanpa paksaan. Meski sekali lagi aku tersadar. Kamu masih dimiliki olehnya. Dia yang menunggu disana dengan sisa cinta yang sama. Yang lagi-lagi memupuskan harapanku untuk bisa memiliki kamu seutuhnya.