Selasa, 11 November 2014

Air mata si kecil

Si kecil bersedih. Bergumam muram dari raut sendunya. Menangis pilu, menghardik diri dari kesalahan masa lalunya. Ya, dari kesalahan fatal yang dia hadapi ketika masih menjalin status hubungan dengan seseorang yang dikasihinya dulu. Tangisnya menggema keseluruh penjuru nadi. Hingga isaknya menghanyutkan aku dalam empati hidupnya. Aku lemah. Aku pun berduka. Ikut merintih lirih tanda ibaku pada kecil.

Tentang masa lalunya. Cinta yang tak pernah bisa dia lupakan dalam lima bulan terkahir ini. Malam ini tangisnya penuh harap. Penuh rindu kepada sang mantan yang tersayang. Sambil melirik seutas foto yang discrol scrol dalam gadgetnya. Wajahnya lebam, telah habis di koyak koyak oleh tetesan air matanya. Sendu, sungguh sangat sendu. Aku merasakan hal itu.

" sudah tak ada lagi yang bisa buat hidup aku bahagia " selirik kata keputusasaan dari si kecil yang aku petik. Sambil menarik ulurkan nafasnya dari isak tangia yang hebat. Air matanya masih mengucur deras. Tak tahu sudah berapa tisu habis dipakainya.

"Sabar ya ndo.." rayu indah. Sang kakak yang setia menemaninya. Indah hanya dianggap kakak oleh kecil. Sedangkan ibe hanya terpaku dalam diamnya. Sesekali dia melirik tanda simpatik.

Si kecil mengasingkan diri. Keluar dari ruangan tempat aku dan mereka berkumpul. Masih dalam tangisnya. Aku mengejarnya. Bicara padanya, hanya empat mata.

"Aku gak kuat bang emenk" nangisnya makin menjadi. Aku hanya bisa menatap wajahnya. Aku usap pipinya yang sudah basah dengan air mata nya.

"Iya aku paham, biar semua berjalan semestinya. Dan kamu akan memahami semua ini nanti" tukasku padanya. Sambil aku usap kembali air matanya.

Aku memahami si kecil. Bukan karena terlalu cengengnya dia. Hanya karena betapa beratnya si kecil menghargai masalah yang terjadi. Aku harap kamu bisa mengerti dan mengambil pelajaran dari masa lalu kamu kelak nanti.

Peri kecil sedawai mimpi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar kamu adalah harapan masa depan ku, Sadapppp :D